Sejarah Pedagogik
Dalam
pembelajaran Anak Usia Dini ataupun anak kecil sering dikenal dengan keilmuan
pedagogik. Pedagogik berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu paedos yang
berarti anak dan agogos yang berarti mengantar, membimbing, atau
memimpin. Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak,
cara menghadapi anak didik, apa yang tugas pendidik dan tujuan mendidik anak
itu sendiri. Prof. Dr. J. Hoogveld salah satu tokoh pendidikan di Belanda
mengungkapkan bahwa pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing
anak kearah tujuan tertentu agar ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas
hidupnya. Istilah pedagogik dikaitkan dengan 2 istilah lain, yakni pedagogia
dan pedagogi. Namun ketiganya memiliki perbedaan arti namun memiliki tujuan
yang sama yakni ‘anak’. Pedagogi terbentuk dari kata paedagogos yang berarti
‘Orang’, pada zaman Yunani kuno Paedagogos adalah orang (pelayan atau
pembantu) yang bertugas mengantar dan menjemput anak majikannya ke sekolah
selain itu paedagogos juga bertugas membimbing anak majikannya. Namun istilah
‘pelayan atau pembantu’ tersebut mengalami pergeseran makna menjadi ‘pendidik
atau ahli didik’. Sedangkan Pedagogia (Paedagogia) berarti pergaulan dengan
anak-anak. Pedadogik memiliki peranan penting dalam praktik pendidikan dengan
alasan bahwa pedagogik merupakan landasan bagi praktik pendidikan anak,
pedagogik dipercaya menjadi kriteria keberhasilan praktik pendidikan anak.
Kegunaan Pedagogik bagi
Pendidik
Kegunaan pedagogik bagi
pendidik diantaranya :
1.
Untuk memahami fenomena pendidikan (situasi pendidikan) secara sistematis
2.
Memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya dilaksanakan oleh pendidik
3.
Menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam praktik mendidik anak.
Kesalahan dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu kesalahan konseptual, kesalahan
teknis, dan kesalahan yang bersumber pada kepribadian pendidik. Kesalahan
konseptual yaitu kesalahan yang terjadi karena pendidik kurang memahami teori
pendidikan, contohnya karena ingin terlihat berwibawa seorang guru berusaha
agar siswa menjadi takut padanya. Selain itu pendidik menganggap dirinya
‘penguasa’ yang dapat membentuk peserta didik seenaknya. Kesalahan teknis yakni
kesalahan yang disebabkan oleh kurangya keterampilan pendidik dalam praktik.
Contohnya : Orang tua yang selalu mengabulkan permintaan anak, walaupun hal
yang diminta anaknya itu membahayakan perkembangan kepribadian anaknya.
Kesalahan yang bersumber pada struktur kepribadian pendidik yaitu sikap kasar
dan tidak mau menghargai pendapat peserta didik.
4.
Mengenal diri sendiri dan melakukan koreksi diri.
Struktur Pedagogik
Pedagogik dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu pedagogik teoritis dan pedagogik praktis. Menurut
M.J. Langeveld Madjid Noor dan J.M. Daniel (1987 : 27) dalam Tatang Syaripudin
dan Kurniasih (2010) struktur pedagogik dibagi menjadi :
1.
Pedagogik teoritis. Pedagogik teoritis terdiri dari pedagogik sistematis
dan pedagogik historis. Pedagogik historis terdiri dari sejarah pendidikan
(sejarah teori pendidikan dan sejarah praktik pendidikan) dan pedagogik
komparatif.
2.
Pedagogik praktis, terdiri atas pedagogik dikeluarga, sekolah, maupun
masyarakat.
Pandangan-pandangan
Mengenai Pedagogik
1.
Aliran nativisme
Tokoh aliran ini adalah Schoupenhaur seorang
filosof dari Jerman yang berpendapat bahwa : “The world is my idea, the
world like a man is trough will and trough idea”. Aliran ini berpandangan
bahwa anak yang baru lahir membawa bakat, kesanggupan, dan sifat-sifat
tertentu. Pandangan ini kurang percaya bahwa pendidikan akan mampu mengubah
atau mengarahkan tingkah laku seseorang. Perkembangan manusia bergantung pada
bakat yang dibawanya sejak lahir. Implikasinya terhadap pendidikan yaitu anak
diberikan kebebasan belajar sesuai dengan bakatnya.
2.
Aliran empirisme
Tokoh dalam aliran ini adalah John Locke dan J.B.
Watson yang berpendapat bahwa anak dilahirkan kedunia dalam keadaan bersih
ibarat papan tulis yang masih kosong. Pengalaman belajar anak didapatkan dari
lingkungannya. Peranan pendidik yaitu menyediakan lingkungan pendidikan kepada
anak dan akan diterima anak sebagai pengalaman belajar.
3.
Aliran konvergensi
Tokoh aliran ini adalah William Stern. Asumsinya
adalah bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bakat yang merupakan
bawaan/turunan (heredity) maupun dari pengalaman. Implikasinya adalah
bahwa dalam pendidikan anak harus memperhatikan faktor bakat dan pengalaman
belajar yang didapatkan si anak.
4.
Aliran naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau seorang
filosof dari Perancis. Ia berpandangan bahwa semua anak dilahirkan dengan
pembawaan baik, dan pembawaan baik anak tersebut akan menjadi rusak karena
dipengaruhi oleh lingkungan. Ia mengajukan konsep ‘pendidikan alam’ yang
berarti bahwa anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut
alamnya, manusia atau masyarakat jangan mencampurinya. Implikasinya adalah
dalam mengembangkan anak didik dilaksanakan dengan menyerahkannya pada alam
atau berjalan apa adanya agar pembawaan yang baik tidak menjadi rusak oleh
tangan manusia.
REFERENSI :
Syaripudin, Tatang dan
Kurniasih. (2010). Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung : Percikan
Ilmu.
Uyoh Sadulloh, dkk. (2007). Pedagogik.
Bandung : Cipta Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar