A. Pengertian Disiplin
Salladien (1995), disiplin
berasal dari bahasa latin diciplina yang diambil dari discere
yang maknanya belajar. Namun istilah ini bekembang menjadi instruksi hukuman
dalam pengertian mendidik, kepatuhan akan morma, dan peraturan termasuk tata
tertib yang umum berlaku dimasyarakat dan bagi yang melanggarnya akan mendapat
sanksi yang berlaku.
Ekosiswayo & Rachman (2000 : 97) : disiplin adalah pernyataan sikap mental individu maupun masyarakat yang
mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk
menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
Disiplin adalah proses pelatihan pikiran dan karakter, yang meningkatkan
kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri, dan menumbuhkan ketaatan atau
kepatuhan terhadap tata tertib atau nilai tertentu (Andrias Harefa, menjadi
manusia pembelajar).
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:11), makna kata disiplin dapat dipahami dalam
kaitannya dengan latihan yang memperkuat, koreksi dan sanksi, kendali atau
terciptanya ketertiban dan keteraturan dan sistem aturan tata laku.
Johar Permana, Nursisto (1986:14), Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.
B. Fungsi Disiplin
Fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u (2004:38) adalah:
1.
Menata kehidupan bersama
Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa
dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan
yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan
sesama menjadi baik dan lancar.
2.
Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-masing
lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh
karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan
yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya serta
berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
3.
Melatih kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan
berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang
tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih.
4.
Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena adanya penaksaan dan
tekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke
satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang
ada di sekolah tersebut.
5.
Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan
sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut.
6.
Menciptakan lingkungan yang kondusif
Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya
proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi
terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan
pembelajaran.
C.
Macam – macam Disiplin
1.
Disiplin preventif
Disiplin preventif, yakni upaya menggerakkan siswa
mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa
berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada.
2.
Disiplin korektif
Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa
untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi
pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang
ada.
Disiplin
dalam proses pendidikan dan pembelajaran mengajarkan:
a.
Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan
b.
Menanamkan kerja sama
c.
Kebutuhan untuk berorganisasi
d.
Rasa hormat terhadap orang lain
e.
Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan
f.
Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin
Menurut
Arikunto (1990:137) macam-macam disiplin ditunjukkan dengan tiga perilaku
yaitu:
a)
Perilaku kedisiplinan di dalam kelas,
b)
Perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah,
c)
Perilaku kedisiplinan di rumah.
Sedangkan
Sofchah Sulistyowati (2001:3) menyebutkan agar seorang pelajar dapat belajar
dengan baik ia harus bersikap disiplin, terutama disiplin dalam hal-hal sebagai
berikut:
a.
Disiplin dalam menepati jadwal belajar.
b.
Disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda waktu
belajar.
c.
Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemauan dan semangat
belajar baik di sekolah seperti menaati tata tertib, maupun disiplin di rumah
seperti teratur dalam belajar.
d.
Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit dengan cara
makan yang teratur dan bergizi serta berolahraga secara teratur.
D.
Pelanggaran Disiplin (Indisiplin)
1.
Latar belakang pelanggaran disiplin :
Disebabkan
oleh 2 faktor yaitu dari dalam diri siswa itu sendiri dan dari luar diri siswa.
a.
Faktor dari dalam diri siswa antara lain karena mereka tidak bisa
berkonsentrasi dalam belajar atau mengerjakan tugas – tugas sekolah, sulit
menangkap pelajaran, malas belajar, bosan dalam mengikuti pelajaran, sulit
memahami pelajaran, kesulitan belajar sendiri dirumah, dan merasa kesulitan
mengatur waktu.
b.
Faktor dari luar antara lain dari sekolah dan keluarga, dari sekolah
misalnya : takut dimarahi guru piket/wali kelas/kepsek karena terlambat datang
kesekolah, pintu pagar sekolah sudah ditutup sehingga ingin membolos dan takut
dimarahi oleh guru karena tidak mengerjakan tugas dan malu pada teman sekelas.
Dari keluarga : dirumah tidak ada yang membantu bila mengalami kesulitan,
kurang perhatian orang tua, suasana tidak menyenangkan, dan broken home.
Brown dan
Brown (1973;115)mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang
indisiplin, sebagai berikut :
1.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
2.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang
kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku
yang kurang atau tidak disiplin.
3.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal
dari keluarga yang broken home.
4.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang
tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan
lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar
mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.
2.
Sumber pelanggaran disiplin
Menurut
Ekosiswoyo dan Rachman (2000:100-105), contoh-contoh sumber pelanggaran
disiplin antara lain:
Dari
sekolah, contohnya:
1)
Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa
mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan seperti
itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal
itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan
perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.
2)
Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata pelajaran
daripada siswanya.
3)
Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah
(akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal
yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang gaduh,
dll
Dari
keluarga, contohnya:
1)
Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak
teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya
masing-masing.
2)
Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal,
lingkungan berisik, dan lingkungan minuman keras.
Sehubungan
dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu menumbuhkan disiplin
dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.
Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa
berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda
dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani
berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan
mengembangkan dirinya secara optimal.
2.
Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari
berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard
prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah.
Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha
meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada
umumnya.
3.
Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat
aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum.
Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran.
E. Pentingnya Disiplin
Brown dan
Brown (1973;115) mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses
pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap
siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya
kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
2.
Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar
dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa,
siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.
3.
Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk
menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
4.
Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya
disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami
tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan
kewajiban orang lain.
5.
Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan
selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui
disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau
tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar
mengajar pada khususnya.
6.
Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh
perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat
membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.
Menurut
Maman Rachman dalam Tu’u (2004:35) pentingnya disiplin
bagi para siswa sebagai berikut:
bagi para siswa sebagai berikut:
a.
Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
b.
Membantu siswa memahami dan meyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.
c.
Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didik terhadap
lingkungannya.
d.
Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu
lainnya.
lainnya.
e.
Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
f.
Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
g.
Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif
dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.
h.
Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.
F. Prinsip Pelaksanaan
Disiplin
Secara
umum, penegakan disiplin perlu memperhatikan:
1.
Egaliter, berlaku untuk semua, tidak diskriminasi. Misalnya tidak boleh
merokok di sekolah (bagi siapapun yang berada di lingkungan sekolah)
2.
Disiplin ditegakkan tanpa menunjukkan kelemahan, tanpa menunjukkan amarah
dan kebencian. Bahkan kalau perlu dengan kelembutan agar para pelanggar
kedisiplinan menyadari bahwa disiplin itu diterapkan demi kebaikan dan kemajuan
dirinya.
3.
Tegas, adil, konsisten.
4.
Kekerasan bukan alasan bagi penegakan disiplin.
5.
Tidak ada hukuman atau sangsi yang sangat otoriter, yang ada adalah bentuk
tanggungjawab atas apa yang telah dilakukan siswa. Sehingga bentuknya edukatif.
Dalam
disiplin, ada tiga unsur yang penting, yaitu hukum atau peraturan yang
berfungsi sebagai pedoman penilaian, sanksi atau hukuman bagi pelanggaran
peraturan itu, dan hadiah untuk perilaku atau usaha yang baik (Dr. Martin
Leman, disiplin anak:2000).
G.
Cara Menegakkan Disiplin
Menurut Lembaga
Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:15), disiplin dapat terjadi dengan
cara:
a.
Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan,
dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi serta dengan
bentuk ganjaran dan hukuman.
b.
Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan
disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar.
c.
Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar,
sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah tingkah laku yang
diinginkannya. Serbaliknya, pihak lain memiliki ketergantungan pada pihak
pertama, sehingga ia bisa menerima apa yang diajarkan kepadanya.
Saran
agar siswa mau berdisiplin :
a.
Sekolah perlu menjelaskan secara konkret tentang pendidikan disiplin yang
berlaku disekolah kepada siswa.
b.
Peraturan yang tidak tertulis secara eksplisit pada buku tata tertib perlu
disempurnakan.
c.
Guru hendaknya memperhatikan bahwa sanksi dalam pengertian mendidik untuk
menegakkan disiplin, bukan mempermalukan siswa didepan temannya.
d.
Tugas kelompok yang memungkinkan siswa untuk saling bekerja sama dapat
digunakan guru untuk mengatasi siswanya yang mengalami kesulitan
bersosialisasi.
e.
Agar sanksi yang diberikan tidak melanggar HAM, sekolah perlu
mensosialisasikan peraturan disiplin beserta sanksi – sanksi jika melanggar
disiplin tersebut.
f.
Kegiatan ekstrakulikuler dapat dijadikan sarana untuk melatih disiplin
siswa.
g.
Siswa hendaknya dapat meningkatkan disiplin belajarnya dengan menepati
jadwal belajar yang telah disusunnya agar kuantitas dan kualitas materi yang
dipahami dapat meningkat sehingga prestasi belajarnya pun meningkat.
H. Konsep Pelaksanaan
Disiplin
Macam –
macam konsep pelaksanaan disiplin :
a.
Otoritarian. Menurut kacamata
konsep ini, peserta didik di sekolah dikatakan mempunyai disiplin tinggi
manakala mau duduk tenang sambil memperhatikan uraian guru ketika sedang
mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang
dikehendaki guru, dan tidak boleh membantah.
b.
Permissive. Menurut konsep
ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas
dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat
kepada peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu
menurutnya baik.
c.
Demokratis. Disiplin yang
dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang
bertanggung jawab. Disiplin demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya
kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan
itu, haruslah ia tanggung. Karena ia yang menabur, maka ialah yang menuai.
Menurut konsep kebebasan terkendali ini, peserta didik memang diberi kebebasan,
asal yang bersangkutan tidak menyalahgunakan kebebasan yang diberikan.
Reisman
dan Payne (E. Mulyasa, 2003)
mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu :
a.
Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat
berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat
dan terbuka;
b.
Keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif
sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa;
c.
Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat menunjukkan
secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya;
dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah;
d.
Klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri
tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri;
e.
Analisis transaksional; guru disarankan guru belajar sebagai orang dewasa
terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah;
f.
Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan
meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab;
dan
g.
Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh
guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan; (modifikasi perilaku;
perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.
I.
Pengaruh Disiplin
Pengaruh
penerapan disiplin ini pada anak, meliputi beberapa aspek, misalnya :
1.
Pengaruh pada perilaku
Anak
yang mengalami disiplin yang keras, otoriter, biasanya akan sangat patuh bila
dihadapan orang – orang dewasa, namun sangat agresif terhadap teman sebayanya.
Sedangkan anak yang orang tuanya lemah akan cenderung mementingkan diri
sendiri, tidak menghiraukan hak orang lain, agresif dan tidak sosial. Anak yang
dibesarkan dengan disiplin yang demokratis akan lebih mampu belajar
mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak-hak orang lain.
2. Pengaruh
pada sikap
Baik
anak yang dibesarkan dengan cara disiplin otoriter maupun dengan cara yang
lemah, memiliki kecenderungan untuk membenci orang yang berkuasa. Anak yang
diperlakukan dengan cara otoriter merasa mendapat perlakuan yang tidak adil.
Sedangkan anak yang orang tuanya lemah merasa bahwa orang tua seharusnya
memberitahu bahwa tidak semua orang dewasa mau menerima perilakunya. Disiplin
yang demokratis akan menyebabkan kemarahan sementara, tetapi kemarahan ini
bukanlah kebencian. Sikap-sikap yang terbentuk sebagai akibat dari metode
pendidikan anak cenderung menetap dan bersifat umum, tertuju kepada semua orang
yang berkuasa.
3. Pengaruh
pada kepribadian
Semakin
banyak anak diberi hukuman fisik, semakin anak menjadi keras kepala dan
negativistik. Ini memberi dampak penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk,
yang juga memberi ciri khas dari anak yang dibesarkan dengan disiplin yang
lemah. Bila anak dibesarkan dengan disiplin yang demokratis, ia akan mampu
memiliki penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang terbaik.
J.
Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Disiplin
Menurut Tu’u
(2004:48-49) mengatakan ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan
membentuk disiplin yaitu:
a)
Kesadaran diri
Sebagai
pemahaman diri bahwa disiplin penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya.
Selain itu kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin.
Disiplin yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan akan
lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur
paksaan atau hukuman.
b) Pengikutan
dan ketaatan
Sebagai
langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku
individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang
dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.
c) Alat
pendidikan
Untuk
mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.
d) Hukuman
Seseorang
yang taat pada aturan cenderung disebabkan karena dua hal, yang pertama karena
adanya kesadarn diri, kemudian yang kedua karena adanya hukuman. Hukuman akan
menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga orang kembali pada
perilaku yang sesuai dengan harapan.
Lebih
lanjut Tu’u (2004:49-50) menambahkan masih ada faktor - faktor lain yang berpengaruh dalam
pembentukan disiplin yaitu :
a.
Teladan
Teladan
adalah contoh yang baik yang seharusnya ditiru oleh orang lain. Dalam hal ini
siswa lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai teladan (orang yang
dianggap baik dan patut ditiru) daripada dengan apa yang mereka dengar. Karena
itu contoh dan teladan disiplin dari atasan, kepala sekolah dan guru-guru serta
penata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa.
b. Lingkungan
berdisiplin
Lingkungan
berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan
lingkungan yang belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang
berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut.
c. Latihan
berdisiplin
Disiplin
dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya melakukan
disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin
sehari-hari.
K.
Relevansi Disiplin dengan Ilmu Pendidikan Luar
Sekolah
Adapun relevansi antara
disiplin dengan ilmu pendidikan luar sekolah yaitu : bahwa dalam
pelaksanaaannya disiplin berfungsi sebagai pembangkit motivasi belajar peserta
didik/warga belajar terutama masyarakat. Dengan disiplin, masyarakat lebih giat
untuk mengikuti proses belajar mengajar. Ilmu pendidikan luar sekolah sebagai
media (konsep) sedangkan disiplin lebih pada proses pelaksanaan program.
Disiplin juga yang
mengatur proses belajar mengajar agar tertib dan teratur. Namun hal yang perlu
diperhatikan sebenarnya dalam konsep pendidikan luar sekolah adalah
kedisiplinan yang terjadi diantara dua belah pihak yaitu fasilitator (pengajar)
dan masyarakat. Terutama fasilitator, dengan memberikan contoh berdisiplin yang
baik masyarakat juga secara otomatis akan mengikuti fasilitator tersebut.
L. Upaya Pengembangan dan
Kemungkinan Implementasi Disiplin Dilapangan
Upaya – upaya pengembangan disiplin dan kemungkinannya yang dapat dilakukan
dalam pelaksanaan (implementasi) disiplin dilapangan diantaranya adalah :
1.
Melalui kegiatan ekstrakulikuler, karena pada dasarnya konsep pelaksanaan
kegiatan ini adalah pendidikan luar sekolah (nonformal) karena dilakukan tidak
seperti sekolah formal pada umumnya, tidak terbagi berdasarkan kelas (kelas A,
B, C, atau D) dan tingkatan (tingkat I, II, III). Kegiatan ekstrakulikuler
biasanya dilakukan secara rutin minimal seminggu sekali. Melalui kegiatan
inilah fasilitator dapat mengajarkan disiplin pada peserta didik.
2.
Mengembangkan pendidikan penyadaran. Artinya peserta didik disadarkan
tentang peranan, tugas, serta tanggung jawabnya sebagai pribadi yang harus
menjalani kehidupannya. Dengan disiplin hidp akan jauh lebih teratur dan
terarah.
3.
Mengembangkan pemahaman yang berkaitan dengan manfaat disiplin bagi
kehidupan pribadi serta manfaatnya untuk orang lain.
4.
Latihan pembiasaan. Tidak perlu menggunakan kekerasan namun tetap tegas.
Karena dengan kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah.
5.
Mengembangkan modeling atau contoh tokoh (orang yang dapat dijadikan
panutan), sehingga lebih memacu minat peserta didik/masyarakat untuk
melaksanakan disiplin.
6.
Fasilitator memahami dan menghargai pribadi peserta didik (masyarakat) dan
tidak perlu memaksakan kehendak kepada mereka.
7.
Sosialisasi tentang pentingnya disiplin serta manfaatnya bagi diri pribadi
peserta didik/warga belajar dan orang yang disekita mereka.
8.
Melalui kegiatan pelatihan kepemimpinan. Dengan terbiasa bertindak sebagai
pemimpin maka seseorang itu akan selalu melaksanakan disiplin dan menerapkannya
pada orang lain.
9.
Melalui kegiatan yang dapat membangun karakter/kepribadian. Membangun
karakter/kepribadian dalam hal ini adalah dengan membangkitkan sikap percaya
diri dalam diri sesorang agar lebih paham tentang dirinya sendiri. Ia diberikan
penjelasan ataupu si fasilitator menggali dan mengungkap kelebihan ataupun
semua potensi yang terdapat dalam diri peserta didik/warga belajar tersebut.
M. Kendala yang Dihadapi
Kendala
yang dihadapi saat pelaksanaan disiplin dilapangan adalah :
1.
Karakteristik peserta didik yang berbeda – beda. Pendidikan luar sekolah
menangani peserta didik dari mulai tinggal usia dini sampai dengan yang sudah
tua sekalipun. Semakin tua (dewasa) usia seseorang maka akan semakin sulit
menerapkan disiplin. Misalnya saja kakek – kakek ataupun nenek – nenek, mereka
sangat sulit diatur karena pada dasarnya orang tua (dewasa) itu tidak mau di manage
atau diatur. Menurut mereka, mereka dapat mengatur kehidupan sendiri tanpa campur
tangan orang lain.
2.
Sulitnya menyamakan persepsi (sudut pandang) antara fasilitator dengan
peserta didik/warga belajar tentang pentingnya disiplin bagi kehidupan diri
sendiri dan orang lain.
3.
Kurangnya pemahaman peserta didik/warga tentang arti penting disiplin serta
manfaat disiplin itu sendiri.
4.
Kurangnya kesadaran dari pihak fasilitator maupun peserta didik/warga
belajar. Jika tiadak adanya kesadaran yang muncul dalam diri pribadi akan sulit
untuk melaksanakan disiplin.
5.
Keadaan/kondisi fisik dan lingkungan individu itu sendiri, yang menuntut
mereka untuk melanggar ataupun tidak melaksanakan disiplin.
6.
Waktu yang tidak efektif/tidak tepat dalam melaksanakan disiplin.
7.
Terbatasnya kemampuan peserta didik untuk melaksanakan disiplin.
Dikarenakan ada hal lain yang lebih penting dan mutlak harus dilakukan.
8.
Terbatasnya tenaga yang dapat mendukung terwujudnya displin.
9.
Kurang tahu atau kurang kepedulian diantara kedua belah pihak (fasilitator
maupun peserta didik) tentang norma atau aturan yang berlaku.
10. Semakin menjauhnya peserta
didik/warga belajar dari sikap disiplin, karena sikap fasilitator yang terlalu
memaksa mereka untuk menjadi apa yang diinginkannya.
11. Faktor yang datang dari luar
diri individu itu sendiri, yaitu adanya ancaman dari pihak – pihak yang tidak bertanggung
jawab ataupun tidak mau berdisiplin.
N.
Solusi dalam Menghadapi Kendala Dilapangan
Solusi yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
masalah/kendala yang dihadapi dilapangan adalah :
1.
Pahami terlebih dahulu karakteristik peserta didik/warga belajar. Apa yang
tidak ia suka dan yang ia suka.
2.
Berikan contoh atau teladan yang dapat membangkitkan motivasi peserta
didik/warga belajar untuk berdisiplin.
3.
Sosialisasikan manfaat disiplin itu sendiri kepada peserta didik/warga
belajar.
4.
Memahami waktu atau kondisi peserta didik/warga belajar. Memahami waktu
artinya memberikan kesempatan kepada peserta didik/warga belajar untuk
melaksanakan tugasnya diluar program. Tetapi tetap menegaskan kepadanya untuk
tetap melaksanakan disiplin sesuai dengan batas kemampuannya.
5.
Menambah jumlah fasilitator yang dapat membantu atau mendukung tegaknya
disiplin.
6. Memberikan kenyamanan kepada
peserta didik/warga belajar dalam melaksanakan disiplin. Artinya sedapat
mungkin menghindari terjadinya pemaksaan dan kekerasan.
Referensi :
Bahtiar,
Yoyon. (2002). Manajemen KBM PLS. [Online]. Tersedia : http://file.upi.edu/Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20ADMINISTRASI%20PENDIDIKAN/196210011991021%20-%20YOYON%20BAHTIAR%20IRIANTO/Manaj-KBM-pls.pdf.
Susanto,
Eko. (2009). Disiplin Penting dalam Proses. [Online]. Tersedia : http://www.cantiknya-ilmu.co.cc/2009/11/disiplin-penting-dalam-proses.html.
Yustiana,
Yusi Riksa. (________). Pengembangan Disiplin Siswa Disekolah. [Online].
Tersedia : http://file.upi.edu/Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20PSIKOLOGI%20PEND%20DAN%20BIMBINGAN/196611151991022%20-%20YUSI%20RIKSA%20YUSTIANA/SAP,%20RPP/PENGEMBANGAN%20DISIPLIN%20SISWA%20DI%20SEKOLAH.pdf.
izin copy buat tugas yah :)
BalasHapusizin copy buat tugas yah :)
BalasHapusDaftar pustakanya nggak ada bukunya yah..
BalasHapusBicara tentang mengantri di Indonesia masih sangat sulit didisiplinkan, sehingga diperlukan alat atau pembatas antrian sehingga tidak melebar dan tidak terkendali.
BalasHapusKami siap membantu anda dalam memenuhi kebutuhan tiang antrian, silahkan cek Koleksi Tiang Antrian Murah
terimakasih
BalasHapusjika ingin tahu tentang pencegahan tindak keabnormalan dalam disiplin antrian silahkan Klik disini
terimah kasih ilmux, moga manfaat bagi kami dan penulis semakin bertambah pengetahuanx
BalasHapusterima kasih infonya
BalasHapus