Semangat! Man jadda Wa Jadaa!!

Kamis, 26 April 2012

Program Bimbingan Konseling dalam Keluarga


A.      Pengertian Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Bimbingan dalam keluarga adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungan keluarganya serta dapat mengarahkan diri dengan baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat, khususnya untuk kesejahteraan keluarganya.
Sedangkan definisi bimbingan konseling keluarga menurut para hali lainnya :
1)        Proses upaya bantuan yang diberikan kepada individu sebagai anggota keluarga, baik dalam mengaktualisasikan potensinya, maupun dalam mengantisipasi serta mengatasi masalah yang dihadapinya, yang dilakukan melalui pendekatan sistem.
2)        Suatu proses interakif untuk membantu keluarga dalam mencapai keseimbangan, dimana setiap anggota keluarga memperoleh pencapaian kebahagiaan secara utuh.
B.       Latar Belakang Pentingnya Bimbingan Konseling dalam Keluarga
1.         Sumber penyebab masalah yang muncul pada seseorang / individu, cenderung berasal dari keluarga.
2.         Sakitnya seorang anggota keluarga (secara psikis), cenderung bukanlah disebabkan oleh dirinya sendiri, namun karena interaksi dengan anggota keluarga lainnya sebagai sistem keluarga yang telah terganggu.
3.         Terjadinya maladjusted pada seseorang dalam keluarga, akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
4.         Hubungan diantara kedua orang tua, sangat mempengaruhi terhadap hubungan antara anggota keluarga sebagai sistem.

C.      Fungsi dan Manfaat Bimbingan Konseling dalam Keluarga
1.         Fungsi Pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan yang membantu klien agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2.         Fungsi Preventif
       Yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh klien. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada klien tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para klien dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan.

3.         Fungsi Pengembangan
Yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan klien. Konselor secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu klien mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.

4.         Fungsi Perbaikan (Penyembuhan)
Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada klien yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.  

5.         Fungsi Penyaluran
Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien memilih kegiatan, atau program apa dalam memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga.

6.         Fungsi Adaptasi
Yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf,  konselor, dan guru  untuk menyesuaikan  program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan  siswa.

7.         Fungsi Penyesuaian
Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
Sedangkan manfaat pelaksanaan bimbingan konseling dalam keluarga adalah :
1.         Menurunkan bahkan menghilangkan stres dalam diri anggota keluarga.
2.         Membuat diri lebih baik, tenang, nyaman, dan bahagia.
3.         Lebih memahami diri sendiri dan orang lain khususnya anggota keluarga yang lain.
4.         Merasakan kepuasan dalam hidup.
5.         Mendorong perkembangan personal.
6.         Membangkitkan motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh, berkarakter, dan percaya diri.
7.         Anggota keluarga lebih merasa dirinya dipedulikan dan diperhatikan serta lebih dihargai peranannya dalam  keluarga.
8.         Lebih menghargai makna dan hakikat kehidupan dan menerima semua kenyataan yang terjadi dalam kehidupannya.
9.         Mengurangi bahkan menghilangkan konfilik/tekanan batin yang bergejolak dalam diri individu dan dalam keluarga tersebut.
10.     Meningkatkan hubungan yang lebih efektif dengan anggota keluarga yang lain bahkan dengan orang lain diluar keluarganya.

D.      Tujuan Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Tujuan dari konseling keluarga pada hakikatnya merupakan layanan yang bersifat profesional yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.         Membantu anggota keluarga belajar dan memahami bahwa dinamika keluarga merupakan hasil pengaruh hubungan antar anggota keluarga.
2.         Membantu anggota keluarga dapat menerima kenyataan bahwa bila salah satu anggota keluarga mengalami masalah, dia akan dapat memberikan pengaruh, baik pada persepsi, harapan, maupun interaksi dengan anggota keluarga yang lain.
3.         Upaya melaksanakan konseling keluarga kepada anggota keluarga dapat mengupayakan tumbuh dan berkembang suatu keseimbangan dalam kehidupan berumah tangga.
4.         Mengembangkan rasa penghargaan diri dari seluruh anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain.
5.         Membantu anggota keluarga mencapai kesehatan fisik agar fungsi keluarga menjadi maksimal.
6.         Membantu individu keluarga yang dalam keadaan sadar tentang kondisi dirinya yang bermasalah, untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang dirinya sendiri dan nasibnya sehubungan dengan kehidupan keluarganya.

E.       Pentingnya Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Bimbingan konseling memiliki arti penting untuk dilaksanakan karena alasa berikut :
1.         Makin kompleksnya permasallahan pada keluarga modern
2.         Adanya perbedaan iindividual antara suami-iisteri serta anggota keluarga yang mengakibatkan ttimbulnya permasalahan dalam keluarga
3.         Makin meningkatnya kebutuhan manusia sementara sumber pemenuhan tterbatas
4.         Adanya perkembangan iindividu akibat pengaruh lluar yang berdampak bagi perilaku manusia dalam keluarga.

F.       Asumsi Dasar Bimbingan Konseling Keluarga
Adapun inti dari pelaksanaan konseling keluarga sebagai salah satu layanan profesional dari seorang konselor didasari oleh asumsi dasar sebagai berikut :
1.         Terjadinya perasaan kecewa, tertekan atau sakitnya seorang anggota keluarga bukan hanya disebabkan oleh dirinya sendiri, melainkan oleh interaksi yang tidak sehat dengan anggota keluarga yang lain.
2.         Ketidak tahuan individu dalam keluarga tentang peranannya dalam menjalani kehidupan keluarga.
3.         Situasi hubungan suami-isteri dan antar keluarga lainya.
4.         Penyesuaian diri yang kurang sempurna dalam sebuah keluarga sangat mempengaruhi situasi psikologis dalam keluarga.
5.         Konseling keluarga diharapkan mampu membantu keluarga mencapai penyesuaian diri yang tinggi diantara seluruh anggota keluarga
6.         Interaksi kedua orang tua sangat mempengaruhi hubungan semua anggota keluarga. Hal ini dikemukakan oleh Perez (1979) menyatakan sebagai berikut : Family therapi is an interactive proses which seeks to aid the family in regainnga homeostatic balance with all the members are confortable.

Terlaksananya konseling keluarga akan membantu anggota keluarga mencapai keseimbangan psiko dan psikis sehingga terwujudnya rasa bahagia dan kenyamanan bagi semua anggota keluarga.

G.      Pihak – pihak yang Melaksanakan Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Pihak – pihak yang melaksanakan bimbingan dalam keluarga adalah orang yang paling mengerti dan memahami karakter anggota keluarga. Adapun pihak – pihak yang dapat melaksanakan bimbingan dan konseling dalam keluarga, diantaranya :
1.         Ayah/ibu (suami/istri)
Ayah/ibu adalah tumpuan utama keluarga, tanpa adanya ayah dan ibu suatu keluarga tidak mungkin terbentuk. Ayah dan ibu adalah unit utama yang dapat mempengaruhi perilaku anaknya.
2.         Paman/bibi
Paman/bibi ini adalah kerabat dari pihak ayah maupun ibu. Peran paman/bibi hampir sama dengan peran orang tua, walaupun terkadang terdapat perbedaan diantaranya.
3.         Kakek/nenek
Kakek/nenek adalah pihak yang juga memiliki peranan penting dalam melaksanakan bimbingan, karena anak pada umumnya lebih dekat kepada kakek/nenek dibandingkan ayah/ibu, terutama ayah/ibu yang sibuk dengan karirnya.
4.         Kerabat dekat
Kerabat dekat ini biasanya lebih dikenal dengan sepupu. Anggota keluarga bisanya lebih suka mencurahkan isi hatinya kepada sepupu karena biasanya sepupu memiliki umur/sebaya dengan mereka, yang dianggap lebih memahami kondisi anggota keluarga tersebut.
5.         Mertua
Mertua berasal dari ayah/ibu pihak suami/istri. Walaupun ada anggapan ‘mertua galak’ namun tidak semuanya seperti itu. Mungkin saja mertua dapat membantu anda dalam menyelesaikan masalah di keluarga anda karena lebih memahami karakter menantu/anaknya sendiri.
6.         Konselor diluar keluarga
Konselor diluar keluarga adalah orang ahli yang didatangkan di luar sistem keluarga namun telah dipercaya oleh keluarga tersebu untuk membantu menyelesaikan problematika yang terjadi didalam keluarganya.

H.      Bentuk Bimbingan Konseling  Keluarga
Kecenderungan pelaksanaan konseling keluarga adalah sebagai berikut :
1.           Memandang klien sebagai pribadi dalam konteks sistem keluarga. Klien merupakan bagian dari sistem keluarga, sehingga masalah yang dialami dan pemecahannya tidak dapat mengesampingkan peran keluarga.
2.           Berfokus pada saat ini, yaitu apa yang diatasi dalam konseling keluarga adalah masalah-masalah yang dihadapi klien pada kehidupan saat ini, bukan kehidupan yang masa lampaunya. Oleh karena itu, masalah yang diselesaikan bukan pertumbuhan personal yang bersifat jangka panjang.
Dalam kaitannya dengan bentuknya, konseling keluarga di kembangkan dalam berbagai bentuk sebagai pengembangan dari konseling kelompok. Bentuk konseling keluarga dapat terdiri dari ayah, ibu, dan anak sebagai bentuk konvensionalnya. Saat ini juga dikembangkan dalam bentuk lain, misalnya ayah dan anak laki-laki, ibu dan anak perempuan, ayah dan anak perempuan, ibu dan anak laki-laki, dan sebagainya (Ohlson, 19770.)

Bentuk konseling keluarga ini disesuaikan dengan keperluannya. Namun banyak ahli yang mengajurkan agar anggota keluarga dapat ikut serta dalam konseling. Perubahan pada sistem keluarga dapat dengan muda di ubah jika seluruh anggota keluarga terlibat dalam konseling, karena mereka tidak hanya berbicara tentang keluarganya tetapi juga terlibat dalam penyusunan rencana perubahan dan tindakannya.

I.         Jenis Layanan Bimbingan Konseling dalam Keluarga
1.         Layanan Orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien memahami lingkungan yang baru dimasukinya, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya klien di lingkungan yang baru itu.

2.         Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan klien.

3.         Layanan Penempatan dan penyaluran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ektrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, minat serta kondisi pribadinya.

4.         Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai meteri pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

5.         Layanan Konseling Individual
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.

6.         Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu dan/atau membahas secara bersama-ama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjanguntuk  pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari dan/atau untuk pengembangan kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.

7.         Layanan Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah maalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.

8.         Layanan Keagamaan dan Pembinaan Akhlak
Selain hal – hal diatas layanan keagaamaan dan pembinaan akhlak merupakan hal yang terpenting diberikan kepada individu khususnya anggota keluarga. Karena terbentuknya keluarga yang dinamis dan harmonis berlandaskan pada tiang agama. Dengan adanya pembinaan akhlak, individu selaku anggota keluarga dapat mengetahui bagaimana akhlak untuk berinteraksi dengan orang lain yang lebih tua maupun yang lebih muda.

J.        Jenis – jenis Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Jenis bimbingan konseling yang biasanya dilakukan didalam keluarga diantaranya :
1.         Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan proses untuk membantu anak mengatasi kesulitan belajarnya. Orang tua dalam hal ini berperan mengajarkan dan membimbing, bukan mengerjakan tugas si anak.

2.         Bimbingan Ibadah/Agama
Dengan adanya bimbingan ini, anggota keluarga dapat mengenal agamanya sendiri, kaidah ataupun ajaran yang berlaku dalam agamanya sehingga memungkinkan untuk lebih mendekatkan diri kepada yang kuasa.

3.         Bimbingan Akhlak
a.         Perkataan akhlak dari bahasa arab, jamak dari khuluk, secara lugowi diartikan tingkah laku untuk kepribadian. Akhlak diartikan budi pekerti, perangi, tingkah laku, atau tabiat. Untuk mendapatkan definisi yang jelas di bawah ini penulis akan kemukakan beberapa pendapat diantaranya:
Al-Ghozali (Moh. Rifai, 1987: 40) mengemukakan bahwa “akhlak ialah yang tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan.”
b.        Ahmad Amin (Moh. Rifai, 1987: 41) mengemukakan bahwa “akhlak yang dibiasakan, artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.

Secara umum bahwa akhlak dapat disamakan dengan budi pekerti, perangai atau kepribadian dari hal tersebut setiap individu berangkat dalam mempertahankan jati diri dari kesewenangan-wenangan individu lainnya, akhlak dapat mencerminkan kepribadian sekaligus dapat menggambarkan karakteristik untuk senantiasa dibina demi mempertahankan citra diri dan keluarga serta masyarakat sekitarnya.

Seorang individu mempunyai akhlak, awalnya adalah hasil dari bimbingan orang tuanya dalam lingkungan keluarga, pengaruh yang tidak sengaja akan dapat diperoleh melalui Pengamatan panca indera, yang tidak disadari masuk dalam pribadi anak atau individu.
Oleh karena akhlak merupakan sebagian cermin dari tingkah laku individu, maka keberadaan akhlak itu harus tetap dibina dan diarahkan karena akhlak sebagai penuntun kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Disinilah letak pentingnya pembinaan akhlak terhadap anak, guna mencapai tujuan yang dikehendaki.
Adapun bimbingan yang menyangkut masalah akhlak ini antara lain adalah mengajarkan anak untuk bersopan santun, berkata yang baik dan benar, menghormati dan menghargai orang lain.

4.         Bimbingan Orientasi
Bimbingan orientasi ini dimaksudkan untuk memberi arah atau gambaran kepada anggota keluarga dalam kehidupan. Misalnya membimbing anak dalam mencapai cita – cita dan keinginannya.

5.         Bimbingan Konseling Penyelesaian Masalah
Jika anggota keluarga mengalami masalah, jangan memarahinya. Karena hal ini akan memperburuk keadaan. Usahakan untuk membantu anggota keluarga mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapinya.

6.         Bimbingan Keterampilan Hidup
Bimbingan keterampilan hidup (lifeskillscounseling) disebut juga lifeskills helping (LSH) atau lifeskills therapy merupakan “suatu pendekatan yang integratif untuk membantu klien agar mampu mengembangkan keterampilan membantu dirinya sendiri (self-helping)”.
Kata “skills” berkenaan dengan (1) wilayah (areas) keterampilan, seperti keterampilan mendengarkan dan disklosur; (2) level of competence, seperti terampil dan tidak terampil; dan (3) knowledge and sequence of choices. Keterampilan (skill) ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membuat dan mengimplementasikan sequensi pilihan untuk mencapai tujuan. Contohnya, apabila klien ingin memiliki keterampilan asertif atau mengelola stres, maka dia harus membuat dan mengimplementasikan pilihan-pilihan yang efektif untuk mencapai keinginan tersebut (Yusuf, S., 2003: 1).
Sementara keterampilan hidup diartikan sebagai sikap dan kemampuan untuk menghadapi berbagai problema kehidupan secara wajar, proaktif dan kreatif menemukan solusinya. Kecakapan atau keterampilan hidup ini meliputi kecakapan umum (general life skills) dan kecakapan spesifik (specific life skills). Kecakapan umum terdiri dari atas (1) kecakapan pribadi (personal skills): kecakapan mengenal diri, kecakapan belajar, kecakapan beradaptasi, kecakapan mengatasi masalah (copeability), kecakapan berpikir, kemandirian dan bertanggung jawab; dan (2) kecakapan sosial (social skills): kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta sikap solidaritas. Sementara yang spesifik terdiri atas (1) kecakapan akademik, dan (2) kecakapan vokasional (kareer).
Konseling keterampilan hidup dalam melaksanakan pendekatannya didasarkan kepada empat asumsi, yaitu sebagai berikut :
1)        Banyak masalah yang dibawa kepada konselor merupakan refleksi hasil belajar klien.
2)        Walaupun faktor-faktor eksternal berkontribusi terhadap masalah klien, tetapi yang paling berpengaruh adalah kelemahan klien dalam berpikir dan bertindak untuk mengatasi masalah tersebut (lemahnya keterampilan berpikir dan bertindak).
3)        Konselor yang efektif adalah yang mampu menciptakan “supportive helping relationship”, dan melatih klien agar memiliki keterampilan berpikir dan bertindak.
4)        Tujuan utama konseling adalah membantu klien agar mampu membantu dirinya sendiri (self-helping) dengan cara mengembangkan keterampilan berpikir (thinking skills) dan keterampilan bertindak (action skills) sehingga dapat mengatasi masalah yang dialaminya sekarang, dan mampu mencegah terjadinya masalah di masa depan.

K.      Teknik Konseling Keluarga
Dalam konseling, di samping menggunakan teknik-teknik umum, dalam hal-hal tertentu dapat menggunakan teknik-teknik khusus. Teknik-teknik khusus ini dikembangkan dari berbagai pendekatan konseling, seperti pendekatan Behaviorisme, Rational Emotive Theraphy, Gestalt dan sebagainya
Di bawah disampaikan beberapa teknik – teknik khusus konseling, yaitu :
1.         Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.

2.         Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakekatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.

3.         Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

4.         Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk Perilaku baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

5.         Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya :
Kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak.
Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh.
Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”.
Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung.
Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah.
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.

6.         Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab atas ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.

7.         Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.

8.         Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.

9.         Bertahan dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.

10.     Home work assigments
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.

11.     Adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.

12.     Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.

13.      Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.

L.       Tata Cara Pelaksanaan Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Adapun tata cara pelaksanaan bimbingan dalam keluarga, diantaranya :
1.         Kenali pribadi individu terlebih dahulu, kenali karakter dan masalah – masalah yang sedang dihadapi individu (anggota keluarga) tersebut.
2.         Lakukan pendekatan, dengan pendekatan dan mendengar keluh kesah anggota tersebut ia mungkin akan merasa lebih aman untuk mencurahkan isi hatinya.
3.         Beri selang waktu agar anggota keluarga tersebut memiliki waktu luang yang tepat untuk menceritakan masalah/petentangan batinnya.
4.         Ciptakan suasana yang senyaman (kondusif) mungkin bagi individu, atau anda dapat menggunakan ruangan khusus yang diberikan aroma terapi.
5.         Hindari emosi dan rasa curiga serta rasa ingin tahu yang berlebihan. Terkadang orang merasa jengkel jika seseorang ingin tahu apa saja yang terjadi dalam dirinya secara berlebihan dan memaksakan.
6.         Jika individu/anggota keluarga tersebut membutuhkan nasihat atau kritik yang membangun maka berilah. Namun jangan berlebihan sehingga terkesan menggurui.
7.         Berikan motivasi dan bangkitkan rasa percaya dirinya dengan memberikan contoh yang dapat menjadi teladan.
8.         Sedapat mungkin bantulah ia mencari solusi/jalan keluar bagi masalah yang dihadapinya.
9.         Berikan pujian jika hal ini memang dibutuhkan.
10.     Gunakan media yang dapat membantu anda untuk memberikan arahan agar individu dapat memecahkan masalahnya.
11.     Konsultasi dengan pihak – pihak terkait atau orang yang lebih ahli dalam menangani individu tersebut.
12.     Rahasiakan masalah/konflik yang terjadi dalam diri individu/anggota keluarga tersebut.
13.     Bimbingan tidak dapat dilakukan dengan jalan pintas atau backstreet dan ditinggalkan begitu saja, tapi harus dilakukan secara berkala.

Untuk mencapai keberhasilan bimbingan keluarga maka prosedur yang harus ditempuh adalah sebagai berikut :
1.         Menyiapkan mental klien untuk menghadapi anggota keluarga.
Alasannya karena ada sebagian anggota keluarga yang jengkel, marah, dan   bosan dengan kelakuan klien yang mereka anggap amat keterlaluan, merusak diri, mencemarkan nama keluarga, dan biaya keluar jadi besar untuk pemulihan. Mempersiapkan mental klien berarti dia harus berani menerima kritikan-kritikan anggota keluarga dan siap untuk berubah kepada kebaikan sesuai harapan keluarga.
2.         Memberi kesempatan kepada setiap anggota keluarga untuk menyampaikan perasaan terpendam, kritikan-kritikan, dan perasaan-perasaan negatif lainnya terhadap klien. Di samping itu, ada kesempatan untuk memberi saran-saran, pesan, keinginan-keinginan terhadap klien agar dia berubah. Semuanya bertujuan untuk menurunkan stres keluarga sebagai akibat kelakuan klien sebagai anggota keluarga yang dicintai (Horne & Ohlsen, 1982).
3.         Selanjutnya, konselor memberi kesempatan kepada klien untuk menyampaikan isi hatinya berupa kata-kata pengakuan jujur atas kesalahan-kesalahannya, serta penyesalan terhadap masa lalu. Kemudian, klien mengemukakan harapan hidup masa depan dan diberi kesempatan untuk berbuat baik terhadap diri, keluarga, dan masyarakat.
4.         Selanjutnya, konselor mengemukakan kepada keluarga tentang program pemulihan klien secara keseluruhan. Maksudnya supaya keluarga klien menaruh kepercayaan terhadap semua upaya konselor bersama klien. Selanjutnya, keluarga akan mendorong penyembuhan klien dengan tulus dan kasih sayang.
5.         Konselor meminta tanggapan keluarga tentang program tersebut. Di samping itu, diminta juga tanggapan mereka terhadap keadaan klien saat ini. Demikian juga, tanggapan klien terhadap program yang telah disusun konselor, dan juga tanggapan terhadap keluarganya. Tanggapan-tanggapan dari kedua pihak terhadap program yang disusun konselor amat penting supaya semua pihak terutama klien sungguh-sungguh didalam menjalani program pemulihan dirinya.

Tahapan bimbingan konseling keluarga :
1.         Tahap persiapan:
a.         Mengembangkan hubungan yang baik (good report) antar terapis dan keluarga.
b.        Mengembangkan penghargaan emosional terhadap hubungan dalam keluarga, dinamika dan permasalahannya.
2.         Tahap pelaksanaan
a.         Mengembangkan alternatif pemecahan masalah.
b.        Membahas/ mendiskusikan setiap alternatif pemecahan masalah.
3.         Tahap akhir /penutup
Menerapkan salah satu alternatif pemecahan yang telah dipilih oleh keluarga.

Pendekatan bimbingan keluarga tepat digunakan minimal bila ada arah. Salah satu terapis yang berpengalaman menyarankan tujuh langkah berikut ini :

Langkah 1: Menanggapi keadaan darurat
Keluarga paling sering meminta konseling sebagai tanggapan atas suatu krisis atas keadaan darurat. Tugas pertama konselor adalah menenangkan hati konseli dan menunjukkan keinginan untuk membantu. Kadang-kadang Anda bisa memberikan saran pada saat itu juga sehingga memampukan keluarga untuk bertahan hingga ada waktu untuk bertemu. Pertemuan penting ini harus segera diadakan; kadang-kadang Anda bisa memutuskan untuk segera bertemu dengan keluarga itu. Namun, meskipun dalam keadaan krisis, cobalah untuk tidak mengambil alih atau membiarkan anggota keluarga tergantung pada Anda. Tugas Anda adalah memberikan pengarahan tanpa mengendalikan mereka.


Langkah 2: Memberikan fokus keluarga itu
Sering kali, keluarga menyimpulkan bahwa yang menjadi sumber masalah adalah salah satu anggota keluarga. Setiap orang mendorong Anda untuk menyelesaikan dengan anggota keluarga tersebut. Mereka mungkin terkejut saat Anda menyarankan bahwa seluruh keluarga harus terlibat dalam konseling. Kadang-kadang Anda harus memulai dengan orang yang bermasalah dan pelan-pelan memasukkan anggota keluarga yang lainnya. Anak-anak tidak selalu didorong untuk hadir karena mereka cenderung ribut. "Dasar dari pengumpulan anggota keluarga adalah kuasa, bukan hubungan darah, kedekatan, atau kesalahan. Siapa pun yang memiliki kuasa untuk mendukung atau melarang terjadinya perubahan harus ikut dalam konseling."

Langkah 3: Menetapkan krisis
Saat Anda mendengarkan anggota keluarga menjelaskan masalah, cobalah mencari jawaban atas beberapa pertanyaan. Apa yang menyebabkan krisis? Mengapa hal itu sekarang terjadi? Kapan terakhir kali ada kedamaian di dalam keluarga sebelum krisis terjadi? Apakah hal seperti ini pernah terjadi sebelumnya?
Tahap ini mungkin saja memerlukan beberapa sesi sebelum Anda mulai memahami permasalahannya. Kadang-kadang Anda akan harus terus menebak-nebak sampai Anda benar-benar mendapatkan gambaran yang jelas dan cara-cara berinteraksi mengenai masalah keluarga ini. Anda mungkin berulang kali harus mengatakan "Saya tidak mengerti" atau "Ceritakan dengan lebih jelas lagi mengenai hal itu" sampai Anda benar-benar paham. Seorang terapis secara berkala mengadakan konsultasi pribadi dengan anggota keluarga lainnya, dengan berdasarkan asumsi bahwa satu atau dua orang dalam keluarga, termasuk anak-anak atau kakek nenek, mungkin bisa memberikan gambaran yang lebih jelas lagi tentang dinamika keluarga itu.

Langkah 4: Menenangkan seluruh anggota keluarga
Sebelum keluarga yang melakukan konseling ini bisa mengatasi situasinya, mungkin konselor perlu menenangkan hati mereka, menunjukkan ketenangan, dan membangkitkan harapan. Pada tahap ini, Anda bisa membagikan beberapa kesimpulan awal tentang apa yang menyebabkan masalah muncul dalam keluarga tersebut.

Langkah 5: Menyarankan perubahan
Langkah ini meliputi pemberian saran dan tuntunan perlahan-lahan ketika orang-orang memutuskan perubahan apa yang harus dilakukan.
Anda bisa membantu keluarga tersebut merundingkan beberapa perjanjian perilaku yang akan disetujui oleh setiap anggota keluarga untuk dilakukan setelah sesi konseling selesai. Anda bisa memberikan waktu untuk mendiskusikan masalah komunikasi atau menunjukkan bagaimana anggota keluarga melakukan komunikasi yang salah saat mereka bersama-sama. Mungkin perlu mempertimbangkan kembali peraturan, peran, dan harapan yang tidak realistis, batasan-batasan atau cara-cara yang lebih baik untuk bergaul satu dengan yang lainnya dalam keluarga. Orang tua mungkin membutuhkan bantuan dalam belajar untuk lebih asertif. Anggota keluarga yang bermasalah memerlukan tuntunan dalam mengubah perilaku, dan keluarga membutuhkan bantuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan ini. Keluarga mungkin membutuhkan bantuan dalam belajar berelasi satu dengan y ang lainnya dengan cara-cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Semuanya ini membutuhkan waktu untuk berdiskusi dan mempraktikkan perilaku-perilaku baru, baik dalam ruang konseling maupun dalam sesi konseling.

Langkah 6: Menghadapi sikap menolak perubahan
Setelah Anda mulai membuat saran, Anda dengan cepat menemukan siapa yang mau bekerja sama dan siapa yang menolak perubahan. Sering kali, orang yang paling menolak perubahan bukanlah anggota keluarga yang pada awalnya dinilai bermasalah. Kadang-kadang satu atau beberapa orang akan sangat kritis, mencoba menarik diri dari konseling atau berusaha (mungkin dengan tidak sadar) memanipulasi anggota keluarga yang lain sehingga perubahan itu tidak bisa terjadi. Pada saat seperti ini, Anda perlu menunjukkan bagaimana sikap bercabang tiga dan berbelit-belit menghambat kemajuan konseling.
Pada tahap ini, Anda telah bergerak dari stres yang menyebabkan krisis dan sedang menghadapi titik yang merusak kebahagiaan keluarga. "Merundingkan ketidakfleksibelan keluarga mungkin merupakan proses yang sulit dan lama -- dan mengancam keluarga." Di sinilah konselor perlu mempertimbangkan kemampuan orang lain yang memampukan Anda agar terus dapat memotivasi orang lain untuk berubah meskipun mereka merasa terancam, bersalah, marah, atau tidak sabar.

Langkah 7: Menghentikan konseling
Krisis yang membawa keluarga untuk konseling sepertinya bisa berlalu dalam waktu yang singkat. Tugas Anda sebagai konselor adalah membantu keluarga menghadapi situasi yang tidak terduga dan belajar bagaimana menemukan masalah yang sebenarnya. Akan lebih baik untuk melengkapi mereka untuk saling berelasi satu dengan yang lainnya dan belajar bagaimana menghadapi krisis di masa yang akan datang. Saat Anda atau mereka merasa bahwa tidak ada kemajuan, itu berarti saatnya untuk menghentikan konseling. Tetapi, cobalah untuk tetap membuka pintu sehingga anggota keluarga itu bisa kembali lagi meminta bantuan bila mereka memutuskan untuk melakukannya di masa yang akan datang.


M.     Hal – hal yang Harus Dihindari dalam Konseling Keluarga
Dalam dunia konseling, beberapa hal yang harus dihindari konselor supaya tidak menghambat keefektifan kerjanya adalah :
1.         Memihak/menitikberatkan pada informasi sepihak
       Biasanya problema yang didengar konselor merupakan salah satu aspek persoalan yang dilihat dari sudut pandang konsele itu sendiri. Sebagai contoh, dalam konseling pernikahan, suami maupun istri bias mempunyai pandangan berbeda mengenai satu persoalan. Tentunya konselor tidak dapat menyelesaikan persoalan dengan baik jika problema hanya didengar dari satu pihak, apalagi kalau sampai berpihak kepada salah satu konsele.
2.         Mengambil kesimpulan yang premature/tergesa-gesa/ceroboh
       Seringkali yang dikemukakan oleh konsele hanya merupakan gejala atau akibat dari inti persoalannya dan belum tentu merupakan persoalan yang sebenarnya. Oleh karena itu seorang konselor harus menjadi pendengar yang baik dan cermat, tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan, atau langsung memberi jalan keluar.
3.         Terlalu banyak ikut campur
       Terjerat dan ikut campur dalam banyak hal mengenai permasalahan konsele sering dialami oleh konselor. Hal ini membuat konselor tidak obyektif terhadap inti persoalannya dan banyak waktu maupun tenaga terkuras yang seharusnya kita gunakan untuk hal-hal lain. Konsele biasanya menuntut perhatian penuh tanpa peduli bahwa konselor mempunyai tanggung jawab kepada keluarga dan konsele lainnya. Untuk menghindarinya konselor harus dapat menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya tanpa merusak hubungan baik yang mungkin sudah terbina.
4.         Akrab dengan konsele lawan jenis
       Konseling membutuhkan pendekatan yang terkadang sampai pada kebutuhan pribadi konsele yang sangat mendalam. Seringkali diantara konselor dengan konsele muncul perasaan cinta. Untuk itu konselor dianjurkan untuk tidak mengadakan pertemuan di tempat-tempat tertutup, tersembunyi, atau di tempat-tempat sunyi.
5.         Kegagalan menyimpan rahasia
       Harapan para konsele jika mereka mengutarakan segala persoalan dan isi hatinya kepada konselor adalah agar apa yang mereka katakan itu tidak akan bocor. Namun tanpa disadari, konselor sering mengungkap hal-hal tersebut dalam diskusi formal atau dijadikan ilustrasi.
6.         Pelayanan yang tidak seimbang
       Menjadi konselor yang profesional memang tidak mudah, tetapi kita dapat mencobanya dengan menjadi konselor yang efektif dalam membagi waktu, baik itu untuk dunia konseling, keluarga, pelayanan, dan hubungan pribadi dengan Sang Pencipta.

N.      Strategi Bimbingan Konseling dalam Keluarga
1.         Anjurkan para orangtua untuk menciptakan suasana rumah tangga yang menghasilkan kerohanian yang kokoh dan perkembangan mental yang baik.
2.         Bimbing orangtua untuk mengakui bahwa anak pun memiliki hak-hak mereka, tetapi hak-hak itu harus dijalin kepada seluruh isi keluarga.
3.         Anjurkan orangtua untuk membuka kesempatan berkomunikasi seluas-luasnya, apa pun resikonya.

O.      Peranan Agama dalam Bimbingan Konseling Keluarga
Agama merupakan landasan dasar terbentuknya keluarga yang sakinah. Agama juga yang mengatur tentang kosep kehidupan berkeluarga. Pendidikan agama harus dimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil. Pendidikan tidak hanya berarti memberi pelajaran agama kepada anak-anak yang belum lagi mengerti dan dapat menangkap pengertian-pengertian yang abstrak. Akan tetapi yang terpokok adalah penanaman jiwa percaya kepada Tuhan, membiasakan mematuhi dan menjaga nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang ditentukan oleh ajaran agama.
Berbicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton.
Dengan berpijak pada landasan agama bimbingan dan konseling akan mengarahkan seseorang pada kesuksesan dan kebijakan, dan bagi konselor sendiri akan mendapat nilai tersendiri dari Allah SWT. Para pembimbing dan konselor perlu mengetahui pandangan filsafat Ketuhanan (Theologie), manusia disebut “homo divians” yaitu mahluk yang berke-Tuhan-an, berarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang menggetarkan hatinya atau hal-hal gaib yang mempunyai daya tarik kepadanya (mysterium trimendum atau mysterium fascinans). Hal demikian oleh agama-agama besar di dunia dipertegas bahwa manusia adalah mahluk yang disebut mahluk beragama (homo religious), oleh karena itu memiliki naluri agama (instink religious).
Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi dimana filosopinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rosul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT.
P.       Prinsip Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Prinsip bimbingan dalam keluarga diantaranya :
1.         Bukan metode baru untuk mengatasi human problem.
2.         Setiap anggota adalah sejajar, tidak ada satu yang lebih penting dari yang lain.
3.         Situasi saat ini merupakan penyebab dari masalah keluarga dan prosesnyalah yang harus diubah.
4.         Tidak perlu memperhatikan diagnostik dari permasalahan keluarga, karena hal ini hanya membuang waktu saja untuk di telusuri.
5.         Selama intervensi berlangsung, konselor merupakan bagian penting dalam dinamika keluarga, jadi melibatkan dirinya sendiri.
6.         Konselor memberanikan anggota keluarga untuk mengutarakan dan berinteraksi dengan setiap anggota keluarga dan menjadi “intra family involved”.
7.         Relasi antara konselor merupakan hal yang sementara. Relasi yang permanen merupakan penyelesaian yang buruk.
8.         Supervisi dilakukan secara riil/nyata (Perez, 1979).

Q.      Alat yang digunakan dalam Bimbingan Konseling Keluarga
Tentunya banyak cara untuk memahami masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli dan salah satunya dapat dilakukan melalui penggunaan Alat Ungkap Masalah atau biasa disebut AUM. Alat Ungkap Masalah adalah sebuah instrumen standar yang dikembangkan oleh Prayitno, dkk. yang dapat digunakan dalam rangka memahami dan memperkirakan (bukan memastikan) masalah-masalah yang dihadapi konseli. Alat Ungkap Masalah ini didesain untuk mengungkap 10 bidang masalah yang mungkin dihadapi konseli, Kesepuluh bidang masalah tersebut mencakup: (1) Jasmani dan Kesehatan (JDK); (2) Diri Pribadi (DPI); (3) Hubungan Sosial (HSO); (4) Ekonomi dan Keuangan (EKD); (5) Karier dan Pekerjaan (KDP); (6) Pendidikan dan Pelajaran (PDP); (7) Agama, Nilai dan Moral (ANM); (Hubungan Muda Mudi (HMM); (9) Keadaan dan Hubungan dalam Keluarga (KHK); dan (10) Waktu Senggang (WSG).

R.      Pendekatan yang digunakan dalam Bimbingan Konseling Keluarga
Adapun pendekatan yang dapat digunakan dalam bimbingan keluarga adalah :
1.         Psikodinamik
Sebagian besar, pandangan psikodinamik berdasar pada model psikoanalitik, memberikan perhatian terhadap latar belakang dan pengalaman setiap anggota keluarga sebanyak pada unit keluarga itu sendiri.
Nathan Acherman, pelopor konselor keluarga memandang ketidakberfungsian keluarga akibat hilangnya peran yang saling melengkapi diantara para anggota, akibat konflik yang tetap yang tidak terselesaikan, dan akibat korban yang merugikan. Pendekatan ini menggunakann cara dan strategi psikoterapi individual dalam situasi keluarga dengan :
-            Mendorong munculnya cara pandang tentang diri sendiri dan anggota keluarga.
-            Membantu keluarga dalam pertukaran emosi.

2.         Eksperensial/Humanistik
Pendekatan ini digunakan untuk membantu memudahkan keluarga itu berkembang dan memenuhi potensi – potensi individunya. Pendekatan ini lebih menekankan pada pendekatan. Pendekatan ini memberikan pengalaman – pengalaman dalam meningkatkan perkembangan, yaitu melalui interaksi antara konselor dan keluarga.

3.         Bowen
Pendekatan Murray Bowen terkenal dengan teori sistem keluarga. Bowen mengkonseptualisasikan keluarga sebagai sistem hubungan emosional. Landasan teori Bowen adalah konsep diferensial diri.
Konsep pendekatan ini berkembang dimana anggota keluarga dapat memisahkan fungsi intelektualnya dengan emosionalnya.
Tujuannya adalah memaksimalkan diferensi diri setiap orang di dalam sistem keluarga inti dan dari keluarga asalnya.

4.         Struktural
Pendekatan struktural dalam bimbingan keluarga dikaitkan dengan Salvador Minuchin dan koleganya di pusat bimbingan anak Philadelphia. Pendekatan ini dilandasi sistem teori keluarga yang memfokuskan pada kegiatan, keseluruhan yang terorganisasi dari unit keluarga, dan cara – cara dimana keluarga mengatur dirinya sendiri melalui pola – pola transaksional diantara mereka.
Secara khusus, sistem – sistem keluarga, batas – batas, blok – blok, dan kondisi – kondisi di telaah dalam upaya memahami struktur keluarga. Tidak berfungsinya struktur menunjukkan bahwa aturan – aturan yang tidak berjalan atau membutuhkan negoisasi kembali aturan – aturan.
Tujuan akhir pendekatan ini adalah menyusun kembali aturan – aturan transaksi keluarga dengan mengembangkan lebih tepat bagi batas – batas diantara sub – sub sistem dan memperkuat aturan hierarki keluarga.

5.         Strategi dan Komunikasi
Teori – teori komunikasi, muncul dari penelitian lembaga penelitian mental (MRI) di Palo Alto pada tahun 1950 – an. Teori – teori komunikasi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap bimbingan keluarga dengan menyusun kembali masalah – masalah manusia sebagai masalah interaksi dan sifatnya situasional.
Menurut Jay Haley dan Cloe Madanes, keluarga bermasalah akibat dinamika dan orang dan keluarga dapat berubah dengan cepat. Tujuan pendekatan ini untuk mengatasi probelm – problem masa sekarang, mencarikan solusi – solusi yang membawa perubahan – perubahan, menemukan target tujuan perilaku dan menimbulkan insight.

6.         Behavioral
Pendekatan ini mengambil prinsip – prinsip belajar manusia dan menekankan lingkungan, situasi, faktor – faktor sosial dari perilaku.
Tujuan pendekatan ini adalah untuk menimbulkan perubahan, mengajarkan keterampilan sosial dan mencegah problem – problem melalui mengingatkan kembali, meningkatkan kompetensi individu dan pasangan – pasangan serta memberikan pengertian tentang dinamika perilaku.

S.        Media Pendukung Pelaksanaan Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Media pendukung pelaksanaan bimbingan dalam keluarga diantaranya :
1.         Televisi. Televisi merupakan salah satu media yang membuat hubungan rumah tangga harmonis. Dengan adanya media ini ayah/ibu dapat melaksanakan bimbingan kepada anak – anaknya dengan memberikan contoh dari film tentang mana hal yang baik dan yang buruk, yang harus dilakukan dan harus ditinggalkan.
2.         CD/DVD pembelajaran interaktif. Misalnya CD/DVD berisi kisah – kisah teladan do’a sehari – hari, pelajaran disekolah dan sebagainya. Dengan media ini mungkin saja dapat mempermudah anak dalam menyerap pelajaran. Serta dapat menanamkan pemahaman agama kepada anak.
3.         Lingkungan sekitar; seperti taman bermain, taman rekreasi, pusat perbelanjaan, perpustakaan, dan sebagainya.
4.         Media massa dan internet.
Media massa dan internet memberikan banyak informasi kepada para anggota keluarga anda.
5.         Buku cerita bergambar atau majalah
Media ini dapat digunakan untuk semua anggota keluarga anda. Misalnya saja buku – buku agama, majalah motivasi, ataupun buku cerita bergambar. Biasanya anak lebih mudah memahami gambar dibandingkan dengan membaca. Karenanya dengan media ini akan mempermudah anak untuk mengingat pelajaran yang ia dapatkan dari buku tersebut.

Referensi :

·    http://cybercounselingstain.bigforumpro.com/konseling-pernikahan-f42/pendekatan-dan-bentuk-konseling-perkawinan-t63.htm
Ifdil  . 2007. Kerangka Konseptual Konseling Pemuda dan Keluarga. [Online]. Tersedia : http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=95&Itemid=104