A.
Pengertian Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Bimbingan dalam keluarga
adalah suatu proses pemberian bantuan
kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh
seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar
individu dapat memahami dirinya, lingkungan keluarganya serta dapat mengarahkan
diri dengan baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat
mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan
kesejahteraan masyarakat, khususnya untuk kesejahteraan keluarganya.
Sedangkan
definisi bimbingan konseling keluarga menurut para hali lainnya :
1)
Proses upaya bantuan yang diberikan kepada
individu sebagai anggota keluarga, baik dalam mengaktualisasikan potensinya,
maupun dalam mengantisipasi serta mengatasi masalah yang dihadapinya, yang
dilakukan melalui pendekatan sistem.
2)
Suatu proses interakif untuk membantu keluarga
dalam mencapai keseimbangan, dimana setiap anggota keluarga memperoleh
pencapaian kebahagiaan secara utuh.
B.
Latar Belakang Pentingnya Bimbingan Konseling
dalam Keluarga
1.
Sumber
penyebab masalah yang muncul pada seseorang / individu, cenderung berasal dari
keluarga.
2.
Sakitnya
seorang anggota keluarga (secara psikis), cenderung bukanlah disebabkan oleh
dirinya sendiri, namun karena interaksi dengan anggota keluarga lainnya sebagai
sistem keluarga yang telah terganggu.
3.
Terjadinya
maladjusted pada seseorang dalam keluarga, akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga lainnya.
4.
Hubungan
diantara kedua orang tua, sangat mempengaruhi terhadap hubungan antara anggota
keluarga sebagai sistem.
C.
Fungsi dan Manfaat Bimbingan Konseling dalam
Keluarga
1.
Fungsi Pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan yang
membantu klien agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman
ini, diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2.
Fungsi Preventif
Yaitu
fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya
tidak dialami oleh klien. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan
kepada klien tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan
orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu
diinformasikan kepada para klien dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang
tidak diharapkan.
3.
Fungsi Pengembangan
Yaitu fungsi bimbingan yang
sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa
berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan klien. Konselor secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan
melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam
upaya membantu klien mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan
yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi
kelompok atau curah pendapat (brain
storming), home room,
dan karyawisata.
4.
Fungsi Perbaikan (Penyembuhan)
Yaitu fungsi bimbingan yang
bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada
klien yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
5.
Fungsi Penyaluran
Yaitu fungsi bimbingan dalam
membantu klien memilih kegiatan, atau program apa dalam memantapkan penguasaan
karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama
dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga.
6.
Fungsi Adaptasi
Yaitu fungsi membantu para
pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan
guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa). Dengan menggunakan
informasi yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat membantu para
guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun
materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun
menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa.
7.
Fungsi Penyesuaian
Yaitu fungsi bimbingan dalam
membantu klien agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya
secara dinamis dan konstruktif.
Sedangkan manfaat pelaksanaan bimbingan
konseling dalam keluarga adalah :
1.
Menurunkan
bahkan menghilangkan stres dalam diri anggota keluarga.
2.
Membuat diri
lebih baik, tenang, nyaman, dan bahagia.
3.
Lebih
memahami diri sendiri dan orang lain khususnya anggota keluarga yang lain.
4.
Merasakan
kepuasan dalam hidup.
5.
Mendorong
perkembangan personal.
6.
Membangkitkan
motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh, berkarakter, dan percaya
diri.
7.
Anggota
keluarga lebih merasa dirinya dipedulikan dan diperhatikan serta lebih dihargai
peranannya dalam keluarga.
8.
Lebih
menghargai makna dan hakikat kehidupan dan menerima semua kenyataan yang
terjadi dalam kehidupannya.
9.
Mengurangi
bahkan menghilangkan konfilik/tekanan batin yang bergejolak dalam diri individu
dan dalam keluarga tersebut.
10. Meningkatkan hubungan yang lebih
efektif dengan anggota keluarga yang lain bahkan dengan orang lain diluar
keluarganya.
D.
Tujuan Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Tujuan dari konseling keluarga
pada hakikatnya merupakan layanan yang bersifat profesional yang bertujuan
untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.
Membantu
anggota keluarga belajar dan memahami bahwa dinamika keluarga merupakan hasil
pengaruh hubungan antar anggota keluarga.
2.
Membantu
anggota keluarga dapat menerima kenyataan bahwa bila salah satu anggota
keluarga mengalami masalah, dia akan dapat memberikan pengaruh, baik pada
persepsi, harapan, maupun interaksi dengan anggota keluarga yang lain.
3.
Upaya
melaksanakan konseling keluarga kepada anggota keluarga dapat mengupayakan
tumbuh dan berkembang suatu keseimbangan dalam kehidupan berumah tangga.
4.
Mengembangkan
rasa penghargaan diri dari seluruh anggota keluarga kepada anggota keluarga
yang lain.
5.
Membantu
anggota keluarga mencapai kesehatan fisik agar fungsi keluarga menjadi
maksimal.
6.
Membantu
individu keluarga yang dalam keadaan sadar tentang kondisi dirinya yang
bermasalah, untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang dirinya sendiri
dan nasibnya sehubungan dengan kehidupan keluarganya.
E. Pentingnya Bimbingan Konseling
dalam Keluarga
Bimbingan konseling memiliki arti
penting untuk dilaksanakan karena alasa berikut :
1.
Makin kompleksnya permasallahan pada
keluarga modern
2.
Adanya perbedaan iindividual antara
suami-iisteri serta
anggota keluarga yang mengakibatkan ttimbulnya
permasalahan dalam keluarga
3.
Makin meningkatnya kebutuhan manusia sementara sumber pemenuhan tterbatas
4.
Adanya perkembangan iindividu akibat
pengaruh lluar yang
berdampak bagi perilaku manusia dalam keluarga.
F. Asumsi Dasar Bimbingan Konseling
Keluarga
Adapun inti dari pelaksanaan
konseling keluarga sebagai salah satu layanan profesional dari seorang konselor
didasari oleh asumsi dasar sebagai berikut :
1.
Terjadinya
perasaan kecewa, tertekan atau sakitnya seorang anggota keluarga bukan hanya
disebabkan oleh dirinya sendiri, melainkan oleh interaksi yang tidak sehat
dengan anggota keluarga yang lain.
2.
Ketidak tahuan
individu dalam keluarga tentang peranannya dalam menjalani kehidupan keluarga.
3.
Situasi
hubungan suami-isteri dan antar keluarga lainya.
4.
Penyesuaian
diri yang kurang sempurna dalam sebuah keluarga sangat mempengaruhi situasi
psikologis dalam keluarga.
5.
Konseling
keluarga diharapkan mampu membantu keluarga mencapai penyesuaian diri yang
tinggi diantara seluruh anggota keluarga
6.
Interaksi kedua
orang tua sangat mempengaruhi hubungan semua anggota keluarga. Hal ini
dikemukakan oleh Perez (1979) menyatakan sebagai berikut : Family therapi is
an interactive proses which seeks to aid the family in regainnga homeostatic
balance with all the members are confortable.
Terlaksananya konseling keluarga
akan membantu anggota keluarga mencapai keseimbangan psiko dan psikis sehingga
terwujudnya rasa bahagia dan kenyamanan bagi semua anggota keluarga.
G.
Pihak – pihak yang Melaksanakan Bimbingan Konseling
dalam Keluarga
Pihak – pihak yang
melaksanakan bimbingan dalam keluarga adalah orang yang paling mengerti dan
memahami karakter anggota keluarga. Adapun pihak – pihak yang dapat
melaksanakan bimbingan dan konseling dalam keluarga, diantaranya :
1.
Ayah/ibu (suami/istri)
Ayah/ibu adalah tumpuan utama keluarga, tanpa
adanya ayah dan ibu suatu keluarga tidak mungkin terbentuk. Ayah dan ibu adalah
unit utama yang dapat mempengaruhi perilaku anaknya.
2.
Paman/bibi
Paman/bibi ini adalah kerabat dari pihak ayah
maupun ibu. Peran paman/bibi hampir sama dengan peran orang tua, walaupun
terkadang terdapat perbedaan diantaranya.
3.
Kakek/nenek
Kakek/nenek adalah pihak yang juga memiliki
peranan penting dalam melaksanakan bimbingan, karena anak pada umumnya lebih
dekat kepada kakek/nenek dibandingkan ayah/ibu, terutama ayah/ibu yang sibuk
dengan karirnya.
4.
Kerabat dekat
Kerabat dekat ini biasanya lebih dikenal dengan
sepupu. Anggota keluarga bisanya lebih suka mencurahkan isi hatinya kepada
sepupu karena biasanya sepupu memiliki umur/sebaya dengan mereka, yang dianggap
lebih memahami kondisi anggota keluarga tersebut.
5.
Mertua
Mertua berasal dari ayah/ibu pihak suami/istri.
Walaupun ada anggapan ‘mertua galak’ namun tidak semuanya seperti itu. Mungkin
saja mertua dapat membantu anda dalam menyelesaikan masalah di keluarga anda
karena lebih memahami karakter menantu/anaknya sendiri.
6.
Konselor diluar keluarga
Konselor diluar keluarga adalah orang ahli yang
didatangkan di luar sistem keluarga namun telah dipercaya oleh keluarga tersebu
untuk membantu menyelesaikan problematika yang terjadi didalam keluarganya.
H. Bentuk Bimbingan
Konseling Keluarga
Kecenderungan pelaksanaan konseling keluarga adalah
sebagai berikut :
1.
Memandang klien sebagai pribadi dalam
konteks sistem keluarga. Klien merupakan bagian dari sistem keluarga, sehingga
masalah yang dialami dan pemecahannya tidak dapat mengesampingkan peran
keluarga.
2.
Berfokus pada saat ini, yaitu apa yang
diatasi dalam konseling keluarga adalah masalah-masalah yang dihadapi klien
pada kehidupan saat ini, bukan kehidupan yang masa lampaunya. Oleh karena itu,
masalah yang diselesaikan bukan pertumbuhan personal yang bersifat jangka
panjang.
Dalam kaitannya dengan bentuknya,
konseling keluarga di kembangkan dalam berbagai bentuk sebagai pengembangan
dari konseling kelompok. Bentuk konseling keluarga dapat terdiri dari ayah,
ibu, dan anak sebagai bentuk konvensionalnya. Saat ini juga dikembangkan dalam
bentuk lain, misalnya ayah dan anak laki-laki, ibu dan anak perempuan, ayah dan
anak perempuan, ibu dan anak laki-laki, dan sebagainya (Ohlson, 19770.)
Bentuk konseling keluarga ini
disesuaikan dengan keperluannya. Namun banyak ahli yang mengajurkan agar
anggota keluarga dapat ikut serta dalam konseling. Perubahan pada sistem
keluarga dapat dengan muda di ubah jika seluruh anggota keluarga terlibat dalam
konseling, karena mereka tidak hanya berbicara tentang keluarganya tetapi juga
terlibat dalam penyusunan rencana perubahan dan tindakannya.
I.
Jenis Layanan Bimbingan Konseling dalam Keluarga
1.
Layanan Orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan klien memahami lingkungan yang baru dimasukinya,
untuk mempermudah dan memperlancar berperannya klien di lingkungan yang baru
itu.
2.
Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan klien menerima dan memahami berbagai informasi (seperti
informasi pendidikan dan jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan klien.
3.
Layanan Penempatan dan penyaluran
Yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang
tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ektrakulikuler) sesuai
dengan potensi, bakat, minat serta kondisi pribadinya.
4.
Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan klien mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik dalam menguasai meteri pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan
kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
5.
Layanan Konseling Individual
Yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan klien mendapatkan layanan langsung tatap muka
(secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
6.
Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan klien secara bersama-sama melalui dinamika kelompok
memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu dan/atau membahas secara
bersama-ama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjanguntuk
pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari dan/atau untuk pengembangan
kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, serta untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.
7.
Layanan Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan klien memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah
yang dibahas itu adalah maalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota kelompok.
8.
Layanan
Keagamaan dan Pembinaan Akhlak
Selain hal – hal diatas
layanan keagaamaan dan pembinaan akhlak merupakan hal yang terpenting diberikan
kepada individu khususnya anggota keluarga. Karena terbentuknya keluarga yang
dinamis dan harmonis berlandaskan pada tiang agama. Dengan adanya pembinaan
akhlak, individu selaku anggota keluarga dapat mengetahui bagaimana akhlak untuk
berinteraksi dengan orang lain yang lebih tua maupun yang lebih muda.
J.
Jenis – jenis Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Jenis bimbingan konseling yang biasanya dilakukan
didalam keluarga diantaranya :
1.
Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan proses untuk membantu
anak mengatasi kesulitan belajarnya. Orang tua dalam hal ini berperan
mengajarkan dan membimbing, bukan mengerjakan tugas si anak.
2.
Bimbingan Ibadah/Agama
Dengan adanya bimbingan ini, anggota keluarga
dapat mengenal agamanya sendiri, kaidah ataupun ajaran yang berlaku dalam
agamanya sehingga memungkinkan untuk lebih mendekatkan diri kepada yang kuasa.
3.
Bimbingan Akhlak
a.
Perkataan
akhlak dari bahasa arab, jamak dari khuluk, secara lugowi diartikan tingkah
laku untuk kepribadian. Akhlak diartikan budi pekerti, perangi, tingkah laku,
atau tabiat. Untuk mendapatkan definisi yang jelas di bawah ini penulis akan
kemukakan beberapa pendapat diantaranya:
Al-Ghozali (Moh. Rifai, 1987: 40) mengemukakan bahwa “akhlak ialah yang tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan.”
Al-Ghozali (Moh. Rifai, 1987: 40) mengemukakan bahwa “akhlak ialah yang tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan.”
b.
Ahmad Amin
(Moh. Rifai, 1987: 41) mengemukakan bahwa “akhlak yang dibiasakan, artinya
bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan
akhlak.
Secara umum
bahwa akhlak dapat disamakan dengan budi pekerti, perangai atau kepribadian
dari hal tersebut setiap individu berangkat dalam mempertahankan jati diri dari
kesewenangan-wenangan individu lainnya, akhlak dapat mencerminkan kepribadian
sekaligus dapat menggambarkan karakteristik untuk senantiasa dibina demi
mempertahankan citra diri dan keluarga serta masyarakat sekitarnya.
Seorang
individu mempunyai akhlak, awalnya adalah hasil dari bimbingan orang tuanya
dalam lingkungan keluarga, pengaruh yang tidak sengaja akan dapat diperoleh
melalui Pengamatan panca indera, yang tidak disadari masuk dalam pribadi anak
atau individu.
Oleh karena
akhlak merupakan sebagian cermin dari tingkah laku individu, maka keberadaan
akhlak itu harus tetap dibina dan diarahkan karena akhlak sebagai penuntun
kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Disinilah letak pentingnya
pembinaan akhlak terhadap anak, guna mencapai tujuan yang dikehendaki.
Adapun bimbingan yang menyangkut
masalah akhlak ini antara lain adalah mengajarkan anak untuk bersopan santun,
berkata yang baik dan benar, menghormati dan menghargai orang lain.
4.
Bimbingan Orientasi
Bimbingan orientasi ini dimaksudkan untuk memberi
arah atau gambaran kepada anggota keluarga dalam kehidupan. Misalnya membimbing
anak dalam mencapai cita – cita dan keinginannya.
5.
Bimbingan Konseling Penyelesaian Masalah
Jika anggota keluarga mengalami masalah, jangan
memarahinya. Karena hal ini akan memperburuk keadaan. Usahakan untuk membantu
anggota keluarga mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapinya.
6.
Bimbingan Keterampilan Hidup
Bimbingan
keterampilan hidup (lifeskillscounseling) disebut juga lifeskills
helping (LSH) atau lifeskills therapy merupakan “suatu pendekatan
yang integratif untuk membantu klien agar mampu mengembangkan keterampilan
membantu dirinya sendiri (self-helping)”.
Kata “skills” berkenaan
dengan (1) wilayah (areas) keterampilan, seperti keterampilan
mendengarkan dan disklosur; (2) level of competence, seperti terampil
dan tidak terampil; dan (3) knowledge and sequence of choices.
Keterampilan (skill) ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membuat
dan mengimplementasikan sequensi pilihan untuk mencapai tujuan. Contohnya,
apabila klien ingin memiliki keterampilan asertif atau mengelola stres, maka
dia harus membuat dan mengimplementasikan pilihan-pilihan yang efektif untuk
mencapai keinginan tersebut (Yusuf, S., 2003: 1).
Sementara keterampilan hidup
diartikan sebagai sikap dan kemampuan untuk menghadapi berbagai problema
kehidupan secara wajar, proaktif dan kreatif menemukan solusinya. Kecakapan
atau keterampilan hidup ini meliputi kecakapan umum (general life skills)
dan kecakapan spesifik (specific life skills). Kecakapan umum terdiri
dari atas (1) kecakapan pribadi (personal skills): kecakapan mengenal
diri, kecakapan belajar, kecakapan beradaptasi, kecakapan mengatasi masalah (copeability),
kecakapan berpikir, kemandirian dan bertanggung jawab; dan (2) kecakapan sosial
(social skills): kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif
dan kolaboratif, serta sikap solidaritas. Sementara yang spesifik terdiri atas
(1) kecakapan akademik, dan (2) kecakapan vokasional (kareer).
Konseling keterampilan hidup
dalam melaksanakan pendekatannya didasarkan kepada empat asumsi, yaitu sebagai
berikut :
1)
Banyak
masalah yang dibawa kepada konselor merupakan refleksi hasil belajar klien.
2)
Walaupun
faktor-faktor eksternal berkontribusi terhadap masalah klien, tetapi yang
paling berpengaruh adalah kelemahan klien dalam berpikir dan bertindak untuk
mengatasi masalah tersebut (lemahnya keterampilan berpikir dan bertindak).
3)
Konselor
yang efektif adalah yang mampu menciptakan “supportive helping relationship”,
dan melatih klien agar memiliki keterampilan berpikir dan bertindak.
4)
Tujuan
utama konseling adalah membantu klien agar mampu membantu dirinya sendiri (self-helping)
dengan cara mengembangkan keterampilan berpikir (thinking skills) dan
keterampilan bertindak (action skills) sehingga dapat mengatasi masalah
yang dialaminya sekarang, dan mampu mencegah terjadinya masalah di masa depan.
K.
Teknik Konseling Keluarga
Dalam konseling, di samping menggunakan
teknik-teknik umum, dalam hal-hal tertentu dapat menggunakan teknik-teknik
khusus. Teknik-teknik khusus ini dikembangkan dari berbagai pendekatan
konseling, seperti pendekatan Behaviorisme, Rational Emotive Theraphy, Gestalt
dan sebagainya
Di bawah disampaikan beberapa teknik – teknik khusus
konseling, yaitu :
1.
Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami
kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar.
Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak
mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak,
mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah
dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga
dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
2.
Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling
behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan
yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini
adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan
respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian
klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.
Jadi desensitisasi sistematis hakekatnya merupakan teknik relaksi yang
digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya
merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku
yang akan dihilangkan.
3.
Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan
buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati
respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara
bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya.
Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak
dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
4.
Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk Perilaku baru
pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini
konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat menggunakan
model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami
jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh
ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
5.
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk
mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top
dog dan kecenderungan under dog, misalnya :
Kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak.
Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa
bodoh.
Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak
bodoh”.
Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung.
Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah.
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan
Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana
ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan
dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
6.
Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien
agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan
perasaannya itu kepada orang lain. Dalam teknik ini konselor meminta klien
untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan
itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas
kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang,
dan saya bertanggung jawab atas ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan
itu”
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan
membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin
selama ini diingkarinya.
7.
Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain
perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya.
Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang
lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain
merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi konselor
meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan
kepada orang lain.
8.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali
mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam
teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan
dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk
memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
9.
Bertahan dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan
perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin
menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan
yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang
menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal
ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau
kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam
lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan
kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan
menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan
keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.
10.
Home work assigments
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah
untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu
yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan,
klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan
perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan
tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru,
mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan.
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien
dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk
membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri
sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan
mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
11.
Adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan
membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan
perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat
pendisiplinan diri klien.
12.
Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang
menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan
sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri
melalui peran tertentu.
13.
Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model
perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya
sendiri yang negatif.
L.
Tata Cara Pelaksanaan Bimbingan Konseling dalam
Keluarga
Adapun tata cara pelaksanaan bimbingan dalam
keluarga, diantaranya :
1.
Kenali pribadi individu terlebih dahulu, kenali karakter dan masalah –
masalah yang sedang dihadapi individu (anggota keluarga) tersebut.
2.
Lakukan pendekatan, dengan pendekatan dan mendengar keluh kesah anggota
tersebut ia mungkin akan merasa lebih aman untuk mencurahkan isi hatinya.
3.
Beri selang waktu agar anggota keluarga tersebut memiliki waktu luang yang
tepat untuk menceritakan masalah/petentangan batinnya.
4.
Ciptakan suasana yang senyaman (kondusif) mungkin bagi individu, atau anda
dapat menggunakan ruangan khusus yang diberikan aroma terapi.
5.
Hindari emosi dan rasa curiga serta rasa ingin tahu yang berlebihan.
Terkadang orang merasa jengkel jika seseorang ingin tahu apa saja yang terjadi
dalam dirinya secara berlebihan dan memaksakan.
6.
Jika individu/anggota keluarga tersebut membutuhkan nasihat atau kritik
yang membangun maka berilah. Namun jangan berlebihan sehingga terkesan
menggurui.
7.
Berikan motivasi dan bangkitkan rasa percaya dirinya dengan memberikan
contoh yang dapat menjadi teladan.
8.
Sedapat mungkin bantulah ia mencari solusi/jalan keluar bagi masalah yang
dihadapinya.
9.
Berikan pujian jika hal ini memang dibutuhkan.
10.
Gunakan media yang dapat membantu anda untuk memberikan arahan agar
individu dapat memecahkan masalahnya.
11.
Konsultasi dengan pihak – pihak terkait atau orang yang lebih ahli dalam
menangani individu tersebut.
12.
Rahasiakan masalah/konflik yang terjadi dalam diri individu/anggota keluarga
tersebut.
13.
Bimbingan tidak dapat dilakukan dengan jalan pintas atau backstreet
dan ditinggalkan begitu saja, tapi harus dilakukan secara berkala.
Untuk
mencapai keberhasilan bimbingan keluarga maka prosedur yang harus ditempuh
adalah sebagai berikut :
1.
Menyiapkan mental klien untuk menghadapi anggota
keluarga.
Alasannya
karena ada sebagian anggota keluarga yang jengkel, marah, dan bosan dengan kelakuan klien yang mereka
anggap amat keterlaluan, merusak diri, mencemarkan nama keluarga, dan biaya
keluar jadi besar untuk pemulihan. Mempersiapkan mental klien berarti dia harus
berani menerima kritikan-kritikan anggota keluarga dan siap untuk berubah
kepada kebaikan sesuai harapan keluarga.
2.
Memberi kesempatan kepada setiap anggota
keluarga untuk menyampaikan perasaan terpendam, kritikan-kritikan, dan
perasaan-perasaan negatif lainnya terhadap klien. Di samping itu, ada
kesempatan untuk memberi saran-saran, pesan, keinginan-keinginan terhadap klien
agar dia berubah. Semuanya bertujuan untuk menurunkan stres keluarga sebagai
akibat kelakuan klien sebagai anggota keluarga yang dicintai (Horne &
Ohlsen, 1982).
3.
Selanjutnya, konselor memberi kesempatan kepada
klien untuk menyampaikan isi hatinya berupa kata-kata pengakuan jujur atas
kesalahan-kesalahannya, serta penyesalan terhadap masa lalu. Kemudian, klien
mengemukakan harapan hidup masa depan dan diberi kesempatan untuk berbuat baik
terhadap diri, keluarga, dan masyarakat.
4.
Selanjutnya, konselor mengemukakan kepada
keluarga tentang program pemulihan klien secara keseluruhan. Maksudnya supaya
keluarga klien menaruh kepercayaan terhadap semua upaya konselor bersama klien.
Selanjutnya, keluarga akan mendorong penyembuhan klien dengan tulus dan kasih
sayang.
5.
Konselor meminta tanggapan keluarga tentang program
tersebut. Di samping itu, diminta juga tanggapan mereka terhadap keadaan klien
saat ini. Demikian juga, tanggapan klien terhadap program yang telah disusun
konselor, dan juga tanggapan terhadap keluarganya. Tanggapan-tanggapan dari
kedua pihak terhadap program yang disusun konselor amat penting supaya semua
pihak terutama klien sungguh-sungguh didalam menjalani program pemulihan
dirinya.
Tahapan
bimbingan konseling keluarga :
1.
Tahap
persiapan:
a.
Mengembangkan
hubungan yang baik (good report) antar terapis dan keluarga.
b.
Mengembangkan
penghargaan emosional terhadap hubungan dalam keluarga, dinamika dan
permasalahannya.
2.
Tahap
pelaksanaan
a.
Mengembangkan
alternatif pemecahan masalah.
b.
Membahas/
mendiskusikan setiap alternatif pemecahan masalah.
3.
Tahap
akhir /penutup
Menerapkan
salah satu alternatif pemecahan yang telah dipilih oleh keluarga.
Pendekatan bimbingan
keluarga tepat digunakan minimal bila ada arah. Salah satu terapis yang
berpengalaman menyarankan tujuh langkah berikut ini :
Langkah 1: Menanggapi keadaan
darurat
Keluarga paling sering
meminta konseling sebagai tanggapan atas suatu krisis atas keadaan darurat.
Tugas pertama konselor adalah menenangkan hati konseli dan menunjukkan
keinginan untuk membantu. Kadang-kadang Anda bisa memberikan saran pada saat
itu juga sehingga memampukan keluarga untuk bertahan hingga ada waktu untuk
bertemu. Pertemuan penting ini harus segera diadakan; kadang-kadang Anda bisa
memutuskan untuk segera bertemu dengan keluarga itu. Namun, meskipun dalam
keadaan krisis, cobalah untuk tidak mengambil alih atau membiarkan anggota
keluarga tergantung pada Anda. Tugas Anda adalah memberikan pengarahan tanpa
mengendalikan mereka.
Langkah 2: Memberikan
fokus keluarga itu
Sering kali, keluarga
menyimpulkan bahwa yang menjadi sumber masalah adalah salah satu anggota
keluarga. Setiap orang mendorong Anda untuk menyelesaikan dengan anggota
keluarga tersebut. Mereka mungkin terkejut saat Anda menyarankan bahwa seluruh
keluarga harus terlibat dalam konseling. Kadang-kadang Anda harus memulai
dengan orang yang bermasalah dan pelan-pelan memasukkan anggota keluarga yang
lainnya. Anak-anak tidak selalu didorong untuk hadir karena mereka cenderung
ribut. "Dasar dari pengumpulan anggota keluarga adalah kuasa, bukan
hubungan darah, kedekatan, atau kesalahan. Siapa pun yang memiliki kuasa untuk
mendukung atau melarang terjadinya perubahan harus ikut dalam konseling."
Langkah 3: Menetapkan
krisis
Saat Anda mendengarkan
anggota keluarga menjelaskan masalah, cobalah mencari jawaban atas beberapa pertanyaan.
Apa yang menyebabkan krisis? Mengapa hal itu sekarang terjadi? Kapan terakhir
kali ada kedamaian di dalam keluarga sebelum krisis terjadi? Apakah hal seperti
ini pernah terjadi sebelumnya?
Tahap ini mungkin saja
memerlukan beberapa sesi sebelum Anda mulai memahami permasalahannya.
Kadang-kadang Anda akan harus terus menebak-nebak sampai Anda benar-benar
mendapatkan gambaran yang jelas dan cara-cara berinteraksi mengenai masalah
keluarga ini. Anda mungkin berulang kali harus mengatakan "Saya tidak
mengerti" atau "Ceritakan dengan lebih jelas lagi mengenai hal
itu" sampai Anda benar-benar paham. Seorang terapis secara berkala
mengadakan konsultasi pribadi dengan anggota keluarga lainnya, dengan
berdasarkan asumsi bahwa satu atau dua orang dalam keluarga, termasuk anak-anak
atau kakek nenek, mungkin bisa memberikan gambaran yang lebih jelas lagi
tentang dinamika keluarga itu.
Langkah 4: Menenangkan
seluruh anggota keluarga
Sebelum keluarga yang
melakukan konseling ini bisa mengatasi situasinya, mungkin konselor perlu
menenangkan hati mereka, menunjukkan ketenangan, dan membangkitkan harapan.
Pada tahap ini, Anda bisa membagikan beberapa kesimpulan awal tentang apa yang
menyebabkan masalah muncul dalam keluarga tersebut.
Langkah 5: Menyarankan
perubahan
Langkah ini meliputi
pemberian saran dan tuntunan perlahan-lahan ketika orang-orang memutuskan
perubahan apa yang harus dilakukan.
Anda bisa membantu
keluarga tersebut merundingkan beberapa perjanjian perilaku yang akan disetujui
oleh setiap anggota keluarga untuk dilakukan setelah sesi konseling selesai.
Anda bisa memberikan waktu untuk mendiskusikan masalah komunikasi atau
menunjukkan bagaimana anggota keluarga melakukan komunikasi yang salah saat
mereka bersama-sama. Mungkin perlu mempertimbangkan kembali peraturan, peran,
dan harapan yang tidak realistis, batasan-batasan atau cara-cara yang lebih
baik untuk bergaul satu dengan yang lainnya dalam keluarga. Orang tua mungkin
membutuhkan bantuan dalam belajar untuk lebih asertif. Anggota keluarga yang bermasalah
memerlukan tuntunan dalam mengubah perilaku, dan keluarga membutuhkan bantuan
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan ini. Keluarga mungkin membutuhkan
bantuan dalam belajar berelasi satu dengan y ang lainnya dengan cara-cara yang
sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Semuanya ini membutuhkan waktu untuk
berdiskusi dan mempraktikkan perilaku-perilaku baru, baik dalam ruang konseling
maupun dalam sesi konseling.
Langkah 6: Menghadapi
sikap menolak perubahan
Setelah Anda mulai membuat
saran, Anda dengan cepat menemukan siapa yang mau bekerja sama dan siapa yang
menolak perubahan. Sering kali, orang yang paling menolak perubahan bukanlah
anggota keluarga yang pada awalnya dinilai bermasalah. Kadang-kadang satu atau
beberapa orang akan sangat kritis, mencoba menarik diri dari konseling atau
berusaha (mungkin dengan tidak sadar) memanipulasi anggota keluarga yang lain
sehingga perubahan itu tidak bisa terjadi. Pada saat seperti ini, Anda perlu
menunjukkan bagaimana sikap bercabang tiga dan berbelit-belit menghambat
kemajuan konseling.
Pada tahap ini, Anda telah
bergerak dari stres yang menyebabkan krisis dan sedang menghadapi titik yang
merusak kebahagiaan keluarga. "Merundingkan ketidakfleksibelan keluarga
mungkin merupakan proses yang sulit dan lama -- dan mengancam keluarga."
Di sinilah konselor perlu mempertimbangkan kemampuan orang lain yang memampukan
Anda agar terus dapat memotivasi orang lain untuk berubah meskipun mereka
merasa terancam, bersalah, marah, atau tidak sabar.
Langkah 7: Menghentikan
konseling
Krisis yang membawa
keluarga untuk konseling sepertinya bisa berlalu dalam waktu yang singkat.
Tugas Anda sebagai konselor adalah membantu keluarga menghadapi situasi yang
tidak terduga dan belajar bagaimana menemukan masalah yang sebenarnya. Akan
lebih baik untuk melengkapi mereka untuk saling berelasi satu dengan yang
lainnya dan belajar bagaimana menghadapi krisis di masa yang akan datang. Saat
Anda atau mereka merasa bahwa tidak ada kemajuan, itu berarti saatnya untuk
menghentikan konseling. Tetapi, cobalah untuk tetap membuka pintu sehingga
anggota keluarga itu bisa kembali lagi meminta bantuan bila mereka memutuskan
untuk melakukannya di masa yang akan datang.
M. Hal – hal yang Harus
Dihindari dalam Konseling Keluarga
Dalam dunia konseling,
beberapa hal yang harus dihindari konselor supaya tidak menghambat keefektifan
kerjanya adalah :
1.
Memihak/menitikberatkan pada informasi sepihak
Biasanya problema yang didengar konselor merupakan salah satu
aspek persoalan yang dilihat dari sudut pandang konsele itu sendiri. Sebagai
contoh, dalam konseling pernikahan, suami maupun istri bias mempunyai pandangan
berbeda mengenai satu persoalan. Tentunya konselor tidak dapat menyelesaikan
persoalan dengan baik jika problema hanya didengar dari satu pihak, apalagi
kalau sampai berpihak kepada salah satu konsele.
2.
Mengambil kesimpulan yang premature/tergesa-gesa/ceroboh
Seringkali yang dikemukakan oleh konsele hanya merupakan
gejala atau akibat dari inti persoalannya dan belum tentu merupakan persoalan
yang sebenarnya. Oleh karena itu seorang konselor harus menjadi pendengar yang
baik dan cermat, tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan, atau langsung
memberi jalan keluar.
3.
Terlalu banyak ikut campur
Terjerat dan ikut campur dalam banyak hal mengenai
permasalahan konsele sering dialami oleh konselor. Hal ini membuat konselor
tidak obyektif terhadap inti persoalannya dan banyak waktu maupun tenaga
terkuras yang seharusnya kita gunakan untuk hal-hal lain. Konsele biasanya
menuntut perhatian penuh tanpa peduli bahwa konselor mempunyai tanggung jawab
kepada keluarga dan konsele lainnya. Untuk menghindarinya konselor harus dapat
menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya tanpa merusak hubungan baik yang mungkin
sudah terbina.
4.
Akrab dengan konsele lawan jenis
Konseling membutuhkan pendekatan yang terkadang sampai pada
kebutuhan pribadi konsele yang sangat mendalam. Seringkali diantara konselor
dengan konsele muncul perasaan cinta. Untuk itu konselor dianjurkan untuk tidak
mengadakan pertemuan di tempat-tempat tertutup, tersembunyi, atau di
tempat-tempat sunyi.
5.
Kegagalan menyimpan rahasia
Harapan para konsele jika mereka mengutarakan segala persoalan
dan isi hatinya kepada konselor adalah agar apa yang mereka katakan itu tidak
akan bocor. Namun tanpa disadari, konselor sering mengungkap hal-hal tersebut
dalam diskusi formal atau dijadikan ilustrasi.
6.
Pelayanan yang tidak seimbang
Menjadi konselor yang profesional memang tidak mudah, tetapi
kita dapat mencobanya dengan menjadi konselor yang efektif dalam membagi waktu,
baik itu untuk dunia konseling, keluarga, pelayanan, dan hubungan pribadi
dengan Sang Pencipta.
N. Strategi Bimbingan
Konseling dalam Keluarga
1.
Anjurkan para orangtua untuk menciptakan suasana rumah tangga yang
menghasilkan kerohanian yang kokoh dan perkembangan mental yang baik.
2.
Bimbing orangtua untuk mengakui bahwa anak pun memiliki hak-hak mereka,
tetapi hak-hak itu harus dijalin kepada seluruh isi keluarga.
3.
Anjurkan orangtua untuk membuka kesempatan berkomunikasi seluas-luasnya,
apa pun resikonya.
O. Peranan Agama dalam
Bimbingan Konseling Keluarga
Agama merupakan landasan dasar terbentuknya
keluarga yang sakinah. Agama juga yang mengatur tentang kosep kehidupan
berkeluarga. Pendidikan agama harus dimulai dari rumah tangga, sejak
si anak masih kecil. Pendidikan tidak hanya berarti memberi pelajaran agama
kepada anak-anak yang belum lagi mengerti dan dapat menangkap
pengertian-pengertian yang abstrak. Akan tetapi yang terpokok adalah penanaman
jiwa percaya kepada Tuhan, membiasakan mematuhi dan menjaga nilai-nilai dan
kaidah-kaidah yang ditentukan oleh ajaran agama.
Berbicara
tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama
Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan
mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai
figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem
solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya
syaiton.
Dengan
berpijak pada landasan agama bimbingan dan konseling akan mengarahkan seseorang
pada kesuksesan dan kebijakan, dan bagi konselor sendiri akan mendapat nilai
tersendiri dari Allah SWT. Para pembimbing dan konselor perlu mengetahui
pandangan filsafat Ketuhanan (Theologie), manusia disebut “homo divians” yaitu
mahluk yang berke-Tuhan-an, berarti manusia dalam sepanjang sejarahnya
senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang
menggetarkan hatinya atau hal-hal gaib yang mempunyai daya tarik kepadanya
(mysterium trimendum atau mysterium fascinans). Hal demikian oleh agama-agama
besar di dunia dipertegas bahwa manusia adalah mahluk yang disebut mahluk
beragama (homo religious), oleh karena itu memiliki naluri agama (instink
religious).
Selanjutnya
ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan
bimbingan, konseling dan terapi dimana filosopinya didasarkan atas ayat-ayat
Alquran dan Sunnah Rosul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling dan
psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan
jalan hidup yang di ridai Allah SWT.
P.
Prinsip Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Prinsip bimbingan dalam keluarga diantaranya :
1.
Bukan metode baru untuk mengatasi human problem.
2.
Setiap anggota adalah sejajar, tidak ada satu yang lebih penting dari yang
lain.
3.
Situasi saat ini merupakan penyebab dari masalah keluarga dan prosesnyalah
yang harus diubah.
4.
Tidak perlu memperhatikan diagnostik dari permasalahan keluarga, karena hal
ini hanya membuang waktu saja untuk di telusuri.
5.
Selama intervensi berlangsung, konselor merupakan bagian penting dalam
dinamika keluarga, jadi melibatkan dirinya sendiri.
6.
Konselor memberanikan anggota keluarga untuk mengutarakan dan berinteraksi
dengan setiap anggota keluarga dan menjadi “intra family involved”.
7.
Relasi antara konselor merupakan hal yang sementara. Relasi yang permanen
merupakan penyelesaian yang buruk.
8.
Supervisi dilakukan secara riil/nyata (Perez, 1979).
Q.
Alat yang digunakan dalam Bimbingan Konseling
Keluarga
Tentunya banyak cara untuk
memahami masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli dan salah satunya dapat
dilakukan melalui penggunaan Alat Ungkap Masalah atau biasa disebut AUM.
Alat Ungkap Masalah adalah sebuah instrumen standar yang dikembangkan oleh
Prayitno, dkk. yang dapat digunakan dalam rangka memahami dan memperkirakan
(bukan memastikan) masalah-masalah yang dihadapi konseli. Alat Ungkap Masalah
ini didesain untuk mengungkap 10 bidang masalah yang mungkin dihadapi konseli, Kesepuluh
bidang masalah tersebut mencakup: (1) Jasmani dan Kesehatan (JDK); (2) Diri
Pribadi (DPI); (3) Hubungan Sosial (HSO); (4) Ekonomi dan Keuangan (EKD); (5)
Karier dan Pekerjaan (KDP); (6) Pendidikan dan Pelajaran (PDP); (7) Agama,
Nilai dan Moral (ANM); (Hubungan Muda Mudi (HMM); (9) Keadaan dan Hubungan
dalam Keluarga (KHK); dan (10) Waktu Senggang (WSG).
R.
Pendekatan yang digunakan dalam Bimbingan
Konseling Keluarga
Adapun pendekatan yang dapat digunakan dalam
bimbingan keluarga adalah :
1.
Psikodinamik
Sebagian besar, pandangan psikodinamik berdasar
pada model psikoanalitik, memberikan perhatian terhadap latar belakang dan
pengalaman setiap anggota keluarga sebanyak pada unit keluarga itu sendiri.
Nathan Acherman, pelopor konselor keluarga memandang
ketidakberfungsian keluarga akibat hilangnya peran yang saling melengkapi
diantara para anggota, akibat konflik yang tetap yang tidak terselesaikan, dan
akibat korban yang merugikan. Pendekatan ini menggunakann cara dan strategi
psikoterapi individual dalam situasi keluarga dengan :
-
Mendorong munculnya cara pandang tentang diri sendiri dan anggota keluarga.
-
Membantu keluarga dalam pertukaran emosi.
2.
Eksperensial/Humanistik
Pendekatan ini digunakan untuk membantu memudahkan
keluarga itu berkembang dan memenuhi potensi – potensi individunya. Pendekatan
ini lebih menekankan pada pendekatan. Pendekatan ini memberikan pengalaman –
pengalaman dalam meningkatkan perkembangan, yaitu melalui interaksi antara
konselor dan keluarga.
3.
Bowen
Pendekatan Murray Bowen terkenal dengan teori
sistem keluarga. Bowen mengkonseptualisasikan keluarga sebagai sistem hubungan
emosional. Landasan teori Bowen adalah konsep diferensial diri.
Konsep pendekatan ini berkembang dimana anggota
keluarga dapat memisahkan fungsi intelektualnya dengan emosionalnya.
Tujuannya adalah memaksimalkan diferensi diri
setiap orang di dalam sistem keluarga inti dan dari keluarga asalnya.
4.
Struktural
Pendekatan struktural dalam bimbingan keluarga
dikaitkan dengan Salvador Minuchin dan koleganya di pusat bimbingan anak
Philadelphia. Pendekatan ini dilandasi sistem teori keluarga yang memfokuskan
pada kegiatan, keseluruhan yang terorganisasi dari unit keluarga, dan cara –
cara dimana keluarga mengatur dirinya sendiri melalui pola – pola transaksional
diantara mereka.
Secara khusus, sistem – sistem keluarga, batas –
batas, blok – blok, dan kondisi – kondisi di telaah dalam upaya memahami
struktur keluarga. Tidak berfungsinya struktur menunjukkan bahwa aturan –
aturan yang tidak berjalan atau membutuhkan negoisasi kembali aturan – aturan.
Tujuan akhir pendekatan ini adalah menyusun
kembali aturan – aturan transaksi keluarga dengan mengembangkan lebih tepat
bagi batas – batas diantara sub – sub sistem dan memperkuat aturan hierarki
keluarga.
5.
Strategi dan Komunikasi
Teori – teori komunikasi, muncul dari penelitian
lembaga penelitian mental (MRI) di Palo Alto pada tahun 1950 – an. Teori –
teori komunikasi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap bimbingan keluarga
dengan menyusun kembali masalah – masalah manusia sebagai masalah interaksi dan
sifatnya situasional.
Menurut Jay Haley dan Cloe Madanes, keluarga
bermasalah akibat dinamika dan orang dan keluarga dapat berubah dengan cepat.
Tujuan pendekatan ini untuk mengatasi probelm – problem masa sekarang, mencarikan
solusi – solusi yang membawa perubahan – perubahan, menemukan target tujuan
perilaku dan menimbulkan insight.
6.
Behavioral
Pendekatan ini mengambil prinsip – prinsip belajar
manusia dan menekankan lingkungan, situasi, faktor – faktor sosial dari perilaku.
Tujuan pendekatan ini adalah untuk menimbulkan
perubahan, mengajarkan keterampilan sosial dan mencegah problem – problem
melalui mengingatkan kembali, meningkatkan kompetensi individu dan pasangan –
pasangan serta memberikan pengertian tentang dinamika perilaku.
S.
Media Pendukung Pelaksanaan Bimbingan Konseling
dalam Keluarga
Media
pendukung pelaksanaan bimbingan dalam keluarga diantaranya :
1.
Televisi. Televisi merupakan salah satu media yang membuat hubungan rumah
tangga harmonis. Dengan adanya media ini ayah/ibu dapat melaksanakan bimbingan
kepada anak – anaknya dengan memberikan contoh dari film tentang mana hal yang
baik dan yang buruk, yang harus dilakukan dan harus ditinggalkan.
2.
CD/DVD pembelajaran interaktif. Misalnya CD/DVD berisi kisah – kisah
teladan do’a sehari – hari, pelajaran disekolah dan sebagainya. Dengan media
ini mungkin saja dapat mempermudah anak dalam menyerap pelajaran. Serta dapat
menanamkan pemahaman agama kepada anak.
3.
Lingkungan sekitar; seperti taman bermain, taman rekreasi, pusat
perbelanjaan, perpustakaan, dan sebagainya.
4.
Media massa dan internet.
Media massa dan internet memberikan banyak
informasi kepada para anggota keluarga anda.
5.
Buku cerita bergambar atau majalah
Media ini dapat digunakan untuk semua anggota keluarga
anda. Misalnya saja buku – buku agama, majalah motivasi, ataupun buku cerita
bergambar. Biasanya anak lebih mudah memahami gambar dibandingkan dengan
membaca. Karenanya dengan media ini akan mempermudah anak untuk mengingat
pelajaran yang ia dapatkan dari buku tersebut.
Referensi :
· http://cybercounselingstain.bigforumpro.com/konseling-pernikahan-f42/pendekatan-dan-bentuk-konseling-perkawinan-t63.htm
Ifdil . 2007. Kerangka Konseptual Konseling Pemuda dan Keluarga. [Online]. Tersedia : http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=95&Itemid=104